07:56
22 Januari 2016
Genre: Mysteri, Bromance, Thriller
Length: Oneshoot
Rating: PG 13
Cast:
- Zhang Yixing
- Wu Yifan
- Oh Sehun
- Bang Yongguk
- Namjoon
_=_
“DATARAN WISATA.”
Tulisannya tertimbun dengan beberapa coretan, dan ada sebagiannnya yang tertulis rapi dan begitu menonjol “Tutup”
Tangannya mengeratkan tali ranselnya, ia mengingat kendaraan yang mengantarakannya ke tempat ia berpijak sekarang ini. Sebelumnya ia meyakinkan dirinya bahwa namjoon tidak sedang bergurau sekarang ini. Pandangannya menurun dan suara yang merambat itu menarik perhatiannya, yixing memutar tubuhnya dan melihat yongguk yang tengah merasakan sesuatu yang hebat tengah dirasakan sosok pria itu sekarang. Ia tidak melihat lainnya. Hanya yongguk dan sehun yang lebih memilih bermain ukulele tanpa memperhatikan yongguk disampingnya.
“kemana yang lainnya?” yixing memastikan bahwa orang-orang masih berada di daerah sekitarnya, ingatannya tidak beberapa waktu yang lalu menghilang. Perutnya sedikit terasa mual, ia juga merasa seperti bangun tidur.
“tidak ada yang melihatnya bukan?!” sehun menyinggung sikut yongguk. Yixing melihat yongguk yang seperti frustasi, ia bahkan tidak berpaling dari alas kakinya. Yixing mengeratkan ranselnya dan melihat kesekelilingnya, lingkungan yang asing. Sebutan kota tua mungkin pantas, tulisan yang terekspos dengan sungguh tidak layak berada dimana-mana.
Yixing melihat punggung yongguk yang gemetar, kakinya melangkah dan mendekat.
"Aku pikir akan mencari penginapan di dekat sini." Yixing tidak fokus dalam satu pandangan, ia melihat kesegala arah yang belum pernah ia lihat sebelumnya.
"Dengar-dengar rumah nenek baekhyun di dekat sini." Sehun menurunkan ukulelenya, sedikit tidak meyakinkan dengan ucapannya. "Kau bahkan menginginkan angin yang menggelitikmu bukan?!"
"Kita bahkan tidak bersama baekhyun." Ia melihat ke arah sehun dan lalu berpindah ke yongguk yang masih diam dalam rasa sakitnya, ia menghembuskan nafasnya dan mencari sesuatu yang lebih menarik.
Ia melamun tentang desiran ombak dan suara angin yang menari di telinganya. Suara burung yang bising dan angin timur yang berhembus membelai kulitnya dengan hangat, tapi suara sehun memecahkan itu. Ia menjatuhkan ukulelenya. Yixing segera melihat sehun yang menutup matanya kuat-kuat sambil membungkam mulut.
"Kau kenapa?" Kedua tangannya menggoyah paha sehun, dan ada hal yang membuat sehun menatap yixing dengan mata merah yang berair.
"Jauhkan tanganmu dariku!"
Yongguk terlihat bangkit dan mengambil ukulele yang jatuh, ia terlihat bersiap-siap mengangkat mulutnya. "Aku tidak tau pasti." Kalimatnya cepat dan serak tapi masih bisa dicerna oleh yixing. "Angin itu." Yongguk menelan liurnya dengan kasar.
"Angin?" Yixing bertanya dengan umpatan yang besar, ia melihat sehun dengan wajah yang memerah. Ia melihat yongguk yang mulai bermain ukulele, keadaan yang membuatnya semakin bingung.
"Hyung..." sehun meringis dan jatuh ke pangkuan yixing. Ia menangis dan terlihat urat biru di sekeliling pelipis sehun, rasanya seperti kekeringan di liurnya sendiri. Rasa mual dan menyakitkan yang timbul secara bersamaan, telapak tangannya memerah.
"Bukankah itu hangat. Aku merasa aliran darahku mulai stabil saat merasakannya." Yixing menggenggam tangan sehun dalam dekapannya, ia masih berpusat melihat yongguk.
"Carilah air!" Yongguk melihat ke arah sehun yang sekarat. Ia berhenti bermain
"Sejak tadi yifan mencari air.” Suara yongguk semakin kritis dan ia dapat melihat bagaimana yongguk mengumpulkan tenaga di kerongkongannya. "Aku menunggu namjoon disini." Di jeda saat batuk muncul. "Aku akan mencarimu."
"Apa aku mengalami sesuatu?" Yixing mengangkat tangan sehun, tatapannya tidak percaya dengan keadaan yang aneh ini. Sebelumnya ia berdiri dan melihat yongguk yang menahan sakitnya, dan itu mengumpulkan sesuatu. Tapi secara tidak sengaja yixing hilang di dalam pikirannya sendiri dan sehun yang jatuh tanpa pengecualian.
"Kau harus melakukannya lebih cepat dari kaki-kaki yang lebih panjang." Ucapannya itu membuat yixing memandang dengan mengerikan yongguk, dan berhenti pada suatu titik tujuan.
"Aku mengalami banyak masalah hari ini. Aku akan pergi dan menunggu yang lain." Yixing mengangkat sehun dan mulai berjalan menjauh. Ia bahkan tidak sempat melihat yongguk dan mengingat secara detail yongguk saat itu, yang berhasil masuk memori otaknya hanya cara bicara dan suara batuk yang kasar.
Kemudi pikirannya membawa mereka kesebuah dataran penuh dengan ladang rumput hijau, cukup luas jika mereka menyebrangi ladang yang seperti daratan samudra itu.
"Apa terlihat cahaya yang mencolok?" Sehun mulai bisa menstabilkan rasa mualnya. Tapi penglihatannya secara perlahan kabur, ia hanya memandangi wajah yixing yang mirip siluet dari samping. Bedanya dalam bentuk warna.
"Aku berpikir ini hanya hangat di tubuhku." Yixing melihat dahan pohon yang bergerak perlahan.
"Apa itu?" Sehun hampir kehilangan penglihatan secara penuh di mata kanannya, ia berkedip cukup lama.
"Mungkin angin." Dengan santai yixing menghembuskan nafasnya. "Hangat rupanya." Matanya terpejam sejenak.
Tiba-tiba sehun berlari menghindar. Ia kehilangan penglihatannya dan mencoba mencari arah selatan dan utara, dan beberapa kali terjatuh. "Bawa aku, hyung!"
Pikiran yixing berkecamuk bingung menjadi satu, ia berpikir bagaimana seseorang harus menghindari anugerah tuhan ini. Atau sehun terkena cacar, atau sejenisnya? Kurang dapat meyakinkan dirinya.
"Berhenti disana!" Pekik yixing yang melihat sehun seperti orang kehilangan sesuatu yang membuat pria dihadapannya tampak terlihat lebih buruk. Ia mengikat tali ranselnya agar tidak lepas dari punggungnya, ia mengejar sehun yang berlari ke arah utara di hamparan ladang rumput. Sehun benar-benar terlihat seperti orang gila, bahkan hidungnya sampai berdarah. "Kau terluka! Berhentilah!" Sekali lagi yixing melemparkan kalimatnya. Sebenarnya apa yang terjadi pada sehun, bocah itu memang tidak mau mendengarkan tapi sesungguhnya ia penurut.
Yixing berlari sedikit lebih cepat dan berhasil menangkap kaki sehun, ekspresi yang tidak biasanya ia lihat dari seorang sehun. Ketakutan yang luar biasa.
"Kau tidak dengar itu?" Sehun menarik tangan yixing, tangannya gemetaran dan ia tidak melihat sesuatu. Pandangannya tidak menentu. Seperti mencari suatu celah yang tidak terlihat.
"Apa?" Yixing mengikatkan sebuah tali dari tangan kirinya pada tangan kanan sehun, dengan ini ia berpikir sehun tidak terlihat mengerikan. Mungkin karna dalam pertemuan keduanya sehun terlihat mengesalkan dan dapat membuatnya tertawa, karna itu ia sedikit takut melihat keadaan seperti ini.
"Air. Barangkali kita melihat di sekitar sini." Sehun menggenggam erat pergelangan yixing. Seperti memilah-milah sesuatu lewat pendengarannya, tangannya bergerak dengan ritme yang cukup kaku.
"Aku melihatnya." Tangannya mencoba menetralisir rasa ketakutannya pada sehun. Tangan kanannya mencoba membersihkan bercak darah di sekitar hidung dan mulut sehun, ia bahkan sempat merapikan rambut sehun yang berantakan.
"Dimana?" Tangannya sentak menahan pergerakan yixing.
"Nanti kita juga akan menemukannya." Ucapan yixing yang santai malah membuat sehun sedikit kesal, wajahnya terlihat kehilangan ekspresinya. Yixing menyukai hal seperti ini. "Ayo, berdiri!" Yixing menggoda dengan tarikan-tarikan kecil yang membuat sehun semakin malas.
"Hatiku tidak tenang, hyung!" Suara menggerutu sehun mengulas senyum yixing dengan lesung pipi yang terukir alami.
"Maka dari itu, berdirilah!"
Walau penglihatannya benar-benar tidak berfungsi sama sekali, tapi ia masih merasa beruntung karna tali itu mengikat pada mata dan pikiran yang rela berada disisinya. Sehun berhasil kehilangan rasa mual yang luar biasa itu, ia pun bangkit dan berjalan dengan sedikit terpincang. Anehnya ia tidak merasa sakit pada daerah tubuhnya sendiri.
Keduanya berjalan berdampingan menyusuri ladang rumput yang mulai menguning tanpa ada atap-atap yang menghalangi cahaya yang jatuh. Sehun menggenggam tangan yixing.
"Apa kau merasakan sesuatu?" Sehun sedikit khawatir karna ia tak dapat merasakan sesuatu, seperti kehilangan segalanya. Jari kakinya terasa kebas.
"Sepertinya tidak ada." Tidak pernah berubah apa yang selalu sehun rasakan saat bersama yixing, selalu sama. Bahkan mengatakan rasa hangat pada waktu yang kurang menyakinkan.
Dan ini adalah waktu yang hampir sama pada saat itu, semuanya mungkin berpikir cara lain saat itu. Berpikir tentang liburan dan tour bersama, namjoon bahkan memilih yixing dua kali untuk waktu yang berbeda. Saat mereka berlima yaitu sehun, yongguk, yixing, yifan, dan namjoon. Namjoon memilih yixing, yixing memilih yifan dan entah kenapa ia menyebut sehun dan kembali pada yifan, sehun memilih yixing, yifan lebih ingin pergi bersama ibunya, yongguk menunjuk namjoon untuk ke LA dan daerah sekitar menunjuk yixing. Yixing tidak sepenuhnya bergantung pada yifan, tapi yifan yang menyebutnya dalam kalimatnya sendiri.
"Entah aku yang menariknya atau dia. Aku tidak begitu fasih dalam bahasaku." Mungkin sehun mengerti maksud dari itu, tapi hari-hari berikutnya yixing masih terlihat seperti biasa dan mengikuti yifan.
Dilihat dari itu mungkin sehun harus bertanya agak intim dan menanyakan perasaan yixing saat itu.
"Apa kau merasakan sesuatu?" Kalimatnya pun sama dengan nada dan perasaan yang hampir sama.
Dan jawabannya dapat di tebak "Sepertinya tidak ada." Yixing menyodorkan tangannya dan menggenggam tangan sehun. Sehun yang tengah menikmati tehnya merasakan aliran hangat dan hembusan angin timur yang memejamkan matanya.
Sehun menjanjikan dirinya untuk menahan rasa apapun yang akan merubahnya. Tidak ada yang dapat melakukan itu, kecuali yixing sudah tidak meninggalkan kehangatannya.
Berjalan cukup jauh dan memasuki zona penuh dengan pepohonan yang menjulang tinggi. Suhu mulai turun dan kadar oksigen sedikit berkurang, yixing mengangkat kepalanya untuk melihat kepala sehun. Dijatuhi bayangan dahan pohon membuat gambar siluet yang lebih kecil dari aslinya.
"Apa kau kedinginan?" Kekhawatiran itu kembali muncul, tapi kehilangan kehangatannya.
"Seharusnya tidak, karna aku lebih tinggi darimu." Sehun tersenyum dalam bayangan dahan pohon itu.
"Dan baiknya aku melihat sebuah rumah tidak jauh lagi." Yixing menggandeng sehun dan dirasakannya keringat di telapak itu, kurang dapat masuk di akal berkeringat di tempat dingin seperti ini. Terkecuali sehun sejak tadi memang sedang sakit. "Sekitar 100 kaki."
"Itu kabar baik." Suara sehun menurun. Mereka berjalan lagi saling bergandengan dengan tali yang saling mengait.
Dari jauh pun sepertinya bangunan itu sudah cukup dapat digambarkan kedap apapun, tidak ada jendela dan pintu bahkan ventilasi dan cerobong asap juga tidak ada. Bagaimana mereka akan masuk?
Yixing berjongkok disamping sehun yang bersandar pada sebuah pohon, berpikir caranya untuk masuk. Tidak ada celah dimana pun.
Tiba-tiba suara gertakan entah darimana asalnya membuat keduanya terkejut. Dari belakang tumpukan kayu-kayu yang tidak terjajar rapi itu mengeluarkan sekop ke atas. Yixing menghalangi tubuh sehun dan mewanti-wanti lingkungan sekitarnya, tapi ia melihat bingung pada sosok tinggi berambut pirang membawa lampu minyak yang menerangi kabut senja. Itu yifan.
Mata yixing tak percaya dan ia masih belum bisa menyimpulkan bahwa ada seseorang yang memiliki peralatan di daerah seperti, jika itu benar yifan kenapa ia harus berbeda kali ini. Yixing sedikit menegakan tubuhnya dan mengangkat tinggi kepalanya. “Apa aku harus percaya bahwa aku melihat yifan disini?!”
“Yixing?” Suaranya terdengar samar tapi cukup jelas dari seberang sana. Sehun yang mendengar itu tanpa sengaja berjalan merangkak mundur dan malah membuat yixing jatuh ke tubuhnya.
Jika itu benar yifan, kenapa ia menjilat ujung jarinya dan meletakannya di tengah ruangan terbuka untuk merasakan udara bebas? Ia mempercepat jalannya dan mendekat ke arah yixing dan sehun yang terlihat lebih menjengkelkan daripada seekor tupai yang dilanda cegukan.
“Dimana yongguk?” Yifan menurunkan lampu minyaknya. Ia berjongkok dan melepaskan tali dari kedua tangan itu. Yixing melihat yifan yang tidak berbeda dari sebelumnya hanya terdiam, tapi hanya berbeda dengan beberapa noda di tubuh pria yang memperhatikan sehun dengan raut kengerian itu. “Apa kalian meninggalkan jejak?”
“Aku menginjak semua rumputnya.” Kalimatnya terlontar begitu cepat dan sepertinya ia melupakan cara berpikir. Setidaknya tidak cukup mengganggu. Yifan memandang aneh yixing yang tidak memandang Sesuatu dengan fokus, dan tiba-tiba mulutnya terbuka. “Apa kau memiliki air?”
“Tentu. Aku mencarinya untuk kalian.” Yifan tersenyum dan membantu mereka berdua berdiri.
Yifan merangkul sehun dan membiarkan yixing membawa kedua ransel itu, ia merasa seperti ada sesuatu yang aneh dan hilang begitu saja. Yifan menggeser sebuah kayu-kayu dan memperlihatkan sebuah pintu yang membawa mereka ke suatu tempat, mungkin ini terobosan lorong bawah tanah yang dapat dibuka keluar. Yixing melihat bagaimana yifan menutup pintu tersebut, meletakan kayu-kayunya terlebuh dahulu dan setelah itu menutup pintu juga meletakan beberapa batang pohon. Melewati sebuah lorong yang berpapasan langsung dengan anak tangga yang terbuat dari tanah, naik dan mereka kini berada di dalam rumah yang tertutup dan benar-benar tertutup. Tidak cukup buruk. Sudut kanan terdapat bak air yang terbuat dari campuran pasir dan terdapat pasir di dalam balok yang menempel dengan dinding, dan setelah itu hanya beberapa perabotan yang mungkin diperlukan di letakan tidak jauh dari balok pasir itu.
“Aku pastikan air ini cukup bersih untuk dikonsumsi.” Yifan membiarkan sehun untuk berbaring di atas pasir itu, pandangannya segera beralih pada sosok yixing yang berdiri di seberangnya yang tengah mengamati tiap-tiap inci ruangan tersebut. “Berapa kali kali kalian bertemu angin?”
Yixing melempar keras tatapannya pada yifan, “Angin itu yang menghampiri kami.” Yixing menurunkan ranselnya tanpa memindahkan tatapannya dari yifan sedikit pun.
“Aku pikir aku akan mati sendirian.” Pria itu tersenyum saat menyilangkan kedua kakinya di samping sehun.
Kalimat yifan buntu dan membuat sehun mengangkat kepalanya, yixing perlahan mengingat suara yongguk yang hampir dia lupakan. Kehangatan itu tiba-tiba memanas.
“Kenapa yongguk tidak bersama kalian? Apa kalian sudah bertemu namjoon? Seharusnya aku tidak pergi sebelumnya.” Yifan seakan bersiap untuk bercerita. Matanya mengarah pada sehun yang berusaha menaikan pendengarannya, yixing menyeret tubuhnya untuk duduk berdekatan dengan sehun. “Seharusnya kau membiarkan sehun tadinya..”
“Maksud yongguk angin?” Urat-urat di pelipisnya terlihat tegang, sehun berusaha keras mengarahkan matanya untuk melihat.
“Kenapa kau masih hidup sehun?” “Aku tahu penglihatanmu tidak berfungsi, sebentar lagi kau lumpuh.”
“Aku tahu angin…” Sehun menurunkan perlahan tubuhnya untuk berbaring. Pandangannya mengarah pada langit-langit yang hampa penuh kegelapan. Ia merasakan bawah telinganya dan ibu jarinya terasa sakit seperti berdenyut yang sangat menekan tubuhnya.
Saat kesunyian mengambil alih wajah yixing yang penuh ketegangan terlihat menatap kedua insan dihadapannya yang masih bernafas. “Ada apa dengan angin sebenarnya?!” Tangannya menggagapi kaki yifan dan menopang wajahnya berharap ada jawaban untuknya.
Mata yifan terus bergerak dan melihat ke arah yixing dengan kuat “Kebaikanmu tidak mengetahui ini itu lebih baik, kau tidak terluka sampai saat ini.” Terdiam untuk beberapa saat.
“Aku tidak tahu itu tumbuhan atau polusi, atau aku pikir ini cuaca. Tapi seperti ada yang membuang vaksin ke udara, tapi sejauh ini aku tidak mendapat informasi dari pemerintah dan beberapa media. Aku pikir ini ulah namjoon, tapi seluas wilayah ini aku menemukan namjoon yang sudah menjadi mayat di tepi sungai. Aku pikir itu bukan ulahnya...”
“Aku menghampiri sungai, dan itu bukan hanya namjoon...” yifan menelan liurnya dan melihat keempat mata yang melonjak ke arahnya.
“Aku terus berpikir kita melewati banyak tanaman, tapi aku tidak melihat bangkai hewan sejak tadi.”
Matanya terlihat cemas dan ia mulai menstabilkan suasana hatinya, “Tadi aku bertemu polisi yang berpatroli di pertigaan ladang hijau, dia mengatakan seluruh bagian utara mengalami hal yang sama. Dia mengatakan besok adalah puncaknya.”
“Apa maksudnya ini sebuah badai?”
“Ada baiknya sehun benar-benar baik saat ini...” Yifan menatap sehun yang mulai terpejam, perasaannya dipenuhi kecemasan yang luarbiasa. “Saat aku bertanya tentang pemukiman tiba-tiba dia berlari dan terdiam lalu menembak kepalanya sendiri.”
“Apa kau tidak memakai jaketmu saat pergi sebelumnya? sejak pagi aku tidak melihatmu makan.”
“Bisakah kau berhenti berpikir seperti itu? Aku punya dua keyakinan untuk memotong lehermu dengan sekop!” Teriak yifan yang benar-benar dalam frustasinya.
“Aku bisa menyakinkan diriku untuk membiarkan sehun diluar sebelum kau melihat ke arahku..”
Dan kali ini hanya suara air yang menetes yang mengambil alih suara, suara angin diluar terdengar memasuki pendengaran mereka. Begitu kencang bercampur dengan gemerisik daun yang berterbangan dan pohon yang saling berpegangan, manik matanya menatap sehun yang sibuk bernafas di pangkuan yifan. Ia mengambil alih untuk melihat yifan yang memerhatikan dirinya. Keduanya terkejut saat sehun menelan liurnya dengan kasar dan menghirup udara berulang kali.
Keringat terlihat mengalir cemas di pelipisnya. Cemas akan cara berpikirnya sendiri. Dia memandang kehangatan masa lalu yang telah dikuburkan begitu dalam, tapi itu terlalu telat untuk mengeluarkannya.
“Tapi aku tidak punya pikiran untuk berpikir bagaimana namjoon berada di dekat sungai.” Awal mulanya ia sedikit ragu mengungkapkannya.
“Mungkin mencari air...”
“...” Yixing mengangkat kepalanya dengan sedikit terlonjak melihat yifan.
“Mungkin mencari air. Serangkai ulat berbulu menggelitik seperti angin, seperti air. Mungkin mencairkan es seperti air, mencari air...”
Bukan, melainkan itu sehun yang mengusap matanya. Bukan, mencoba mengeluarkan bola matanya.
“SEHUN!”
Yifan bangkit meraih sekopnya dan menyeret sehun keluar rumah tersebut. Yixing berlari mencoba meraih sehun. Ia mencoba menarik sekop untuk menghadang yifan, bahkan yifan memukulnya dengan sekop hingga melukai sudut bibirnya. Sehun terus berteriak tanpa memberontak dengan terus melontarkan kalimat yang tidak jelas, giginya terlihat patah saat yifan tanpa belas kasihnya menyeret pria yang terlihat gila itu. Hingga angin membelai ketiga pria itu dan yifan yang membelakangi yixing mulai membabi buta sehun dengan sekopnya, menghancurkan leher saat sehun mulai sekarat dengan tubuh terlungkup. Angin masih berhembus saat darah yang mengalir menjatuhkan kegelapan di hari itu, yifan melepas sekopnya saat pendengarannya berfungsi untuk mendengar suara yixing yang terus meringis.
Itu umpatan yang mengerikan, entah mengenai yifan atau keduanya.
“se-hun..” yixing menundukan kepalanya. Angin itu berusaha membangunkannya, saat yifan berjalan mundur dan melihat ke arah yixing.
“Apa kau menangisi hal yang kau lihat mengerikan?” Bagi yixing ucapan yifan itu menakutkan. Ia berlutut dan menggenggam pundak yixing “Atau berpikir bahwa...”
“Kita yang lebih mengerikan.” Yifan memahaminya dan merasakan angin yang terus berhembus.
END