2 Desember 2019
Tidak ada yang tahu aku, begitu pun diriku. Yang aku tahu hanyalah, aku memiliki sebuah dendam untuk secara sarkastis ditamparkan pada luka masa lalu, pada sesuatu yang tak pernah memudar dan membekas dalam sekali. Tidak ada yang tahu dan tidak ingin mencoba mencari tahu bagaimana masa laluku, luka-luka hadir atas kemauan yang tak tampak, tapi begitu terasa. Kalau di tampik pun mungkin mungkin terus menerus mengoyak pikiran yang lainnya. Mereka bilang aku menyakiti diriku sendiri, menabrakan diri pada dinding marmer. Tentunya rasanya sakit, tapi memuaskan :D
Tidak ada yang pernah mendengar suaraku, bahkan saat aku bersungguh-sungguh untuk berteriak dengan lantang. Atau sampai merasa sekarat sekali pun, dunia akan tetap tuli. Karena aku bukan siapa-siapa pada dunia ini. Aku hanya sebuah beban yang di pikul berat oleh dunia, hanya mengikut sertakan diriku untuk meramaikan sebuah suasana, hanya sekedar dibiarkan hadir begitu saja, tentu aku sama saja dengan yang lainnya. Perbedaannya hanya pada nama dan usia. Aku hanya serta merta hadir pada sebuah kekosongan yang kebetulan. Begitu singgah, dunia akan lantas menjadi dua. Duniaku yang sederhana dan dunia yang sebenarnya. Duniaku kecil, seperti sebutir telur, jika perlu meraihnya, maka duniaku hancur.