Arsip : Before Alstromeria Until to be Forever

Penjelasan: Berawal dari seorang murid SMU bernama Yuki yang terkenal karna perawakannya yang bak anak gadis, dan bertemu dengan Masahiro, murid klub voli.

Kategori: Romance Comedy

Kata Kunci: sliceoflife, schoollife, comedy, romance, friendship

Yuki Hanabishi

Masahiro Takahashi

Kenta Takeda

Kagura Matsumune

Haruka Yui

Ousuke Satoujima

Tetsuya Kureno

Akemi Sato

Ayame Nishimura

Shouta Ryuu

Fugou Watanabe

Prolog

        Yuki dan Hiro adalah seorang siswa pindahan di SMA Higashi. Hiro 2 hari lebih awal masuk ke SMA Higashi. SMA Higashi adalah sekolah yang memisahkan siswa dan siswinya, sekolah tersebut juga mengusung konsep etika dan moral dalam kebudayaan jepang. 

        Diceritakan pada suatu hari Yuki yang baru saja pindah sekolah, ia berada dalam satu kamar dengan Masahiro, seorang atlet voli yang pernah mendapat juara tingkat daerah. Hiro berasal dari desa terpencil, sifatnya yang tidak banyak bicara menarik perhatian Yuki.
 
        Hiro adalah orang yang lugu dan pendiam, bahkan menyebalkan bagi Yuki. Sedangkan Yuki memiliki pribadi yang mudah bergaul dan memiliki tampang yang rupawan membuatnya disukai banyak orang, walaupun terkadang sifatnya menjengkelkan. Yuki sudah lebih tahu kondisi sekolah barunya dibanding Hiro, ia pun membantu Hiro dalam menyelesaikan beberapa masalah yang menyangkut pautkan dirinya sekaligus Hiro. 

2

        Tidak ada alasan yang menarik untuk di sampaikan selain alasannya yang dikatakan sebagai sebuah keputusan untuk pindah ke sekolah SMA Higura, menurutnya ada alasan yang menarik untuk dikatakan seperti "fokus belajar selama masa SMA demi masuk ke perguruan tinggi negeri favorit." atau dapat dikatakan dengan lebih jelas bahwa "tidak menjalin hubungan dengan siapapun untuk sementara waktu." tapi bocah yang memiliki perawakan seperti perempuan ini mempunyai sesuatu yang lain, sesuatu yang tidak bisa dijabarkan dengan decakan lidah yang berargumen dengan gigi di dalam mulut sana.

 

Namanya Yuki Hanabishi. Lebih senang dipanggil Yuki. Menurutnya Hanabishi akan membuatnya lebih terlihat seperti Perempuan sungguhan.

 

"kalau di panggil Hanabishi sepertinya tidak begitu kentara."

 

Bila ada yang memanggilnya begitu, Yuki tak akan diam. Ia akan melancarkan sebuah serangan yang tak terkalahkan, dengan kekuatannya yang bisa menembuat tameng sekuat apapun itu bahan yang menjadi komposisinya akan telak dengan

 

"Wajah ini akan membuatmu patuh dengan sekejap."

 

Sampai cahaya turun di atas kepalanya, bunga-bunga bermekaran dimana-mana dan kemudian angin musim semi yang semerbak bunga sakura menyapu seluruh area di sekitar sana sampai menjadi sebuah ladang indah tanpa celah. Sesuatu yang tak dapat di uraikan dengan argumen antara lidah yang berdecak dengan gigi di dalam ruang berupa mulut di sana. Keindahan yang terdiri dari kulitnya yang semulus porselen, sehalus benang sutera, secemerlang garam di tambang sampai seindah karya seni seorang seniman terkenal Michaelangelo Bunarroti.

 

"Jadi Hana-chan mau gabung ke klub voli?"

Matsumume Kagura ketua klub voli yang paling ceroboh dan suka melanggar peraturan sekolah. Bahkan tidak bisa bermain game. Walau begitu tidak ada yang berani mengolok-olok dirinya.

 

"Eh, aku tidak pandai berolahraga."

 

"Sambil belajar juga tidak apa-apa. Hiro-kun juga anggota klub voli."

 

"Aku tidak berminat sama sekali."

 

"Kalau begitu masuk klub renang saja." Haruka Yui anggota klub renang yang terkenal karna namanya seperti perempuan.

 

"Aku benar-benar buruk dalam olahraga."

 

"Barusan,kan dia bilang Yui-kun!"

 

Yuki melihat kedua orang itu mulai berkelahi di hadapannya. Haruka dan Matsumune orang pertama yang mengajak dia bicara saat pelajaran sastra berlangsung, Pak guru sudah biasa dengan suasana kelas yang berisik. Dari suara ocehan para murid, deringan ponsel, ketukan di atas meja sampai suara dengkuran yang sangat nyaring. Yuki yakin ia mulai bisa beradaptasi di SMA khusus laki-laki ini.

 

Ruang kelas 1-C. Kekacauan yang bisa ditolerir dari kelas sebelah, ruang kelas 1-E yang mulai terdengar suara hewan pra sejarah Brontosaurus, tapi ada suara Archeopteryx juga.

 

 

Baru 2 hari tinggal Hiro sudah mendapat teman sekamar. Tapi hari ini dirinya belum melihat teman sekamarnya itu, tapi saat makan siang tadi Kagura menghampirinya. Menyuruhnya untuk mengajak teman kamarnya bergabung ke klub voli. Hiro menghiraukan permintaan Kagura dan segera pulang untuk mengambil sepatu olahraganya yang tertinggal.

 

Pintu kamarnya terbuka lebar sampai bisa di lihat dari kejauhan, gantungan celana dalamnya terpampang jelas di pintu masuk. Siapa orang gila yang baru saja menerobos masuk? Apakah dia yang akan tinggal menemani masa-masa muda seorang Masahiro.

 

"Oi!" Tiba-tiba Kagura berdiri di sampingnya, tepat di depan kamar dengan pintu terbuka yang memberikan pemandangan dengan konteks begitu dewasa. Kagura tinggal di kamar yang bersebelahan dengan kamar Hiro.

 

"Apa yang kamu lakukan disini?"

 

"Aku memang tinggal di samping kamarmu, bodoh!"

 

"Maksudku kenapa kamu berdiri di sampingku?"

 

"Eh, aku mau mengintip perempuan."

 

"Hah, apa? "

 

"Kamu belum bertemu dengan teman sekamarmu?"

 

"Belum."

 

"Wah, temanmu itu cocok untuk dijadikan bahan percakapan nanti. "

 

"Apa maksudnya mau mengintip perempuan?"

 

"Kalau kamu masuk ke kamarmu terus berteriak berarti kamu pria lemah."

 

Hiro jauh lebih sehat akal dan pikirannya ketimbang laki-laki mesum yang melangkah pergi ke dalam kamar yang lain.

 

Seorang Hiro dengan keteguhan jiwanya pun mengambil celana dalamnya itu dan melangkah masuk ke dalam kamar, penasaran dengan wujud misterius yang baru saja dikatakan oleh Kagura. Seorang perempuan yang ingin di intip oleh Kagura, tunjukkan sosok aslimu.

 

"Masahiro,kah? Masahiro Takahashi?" Seseorang yang tiba-tiba menunjuk ke arah Hiro, seseorang dengan wajah cantik, bermata indah sayu dengan bulu mata yang lentik, dan bertubuh kecil tengah berdiri di samping tempat tidur Hiro.

 

Hiro teringat ucapan Kagura barusan. Bila ia berteriak berarti dia Pria lemah. Jadi Hiro hanya menghembuskan nafasnya sambil berusaha tenang.

 

"Darimana kamu tahu namaku?"

 

"Dari ketua asrama."

 

"Aku hanya diberitahu kalau ada murid baru yang akan tinggal sekamar denganku. Namamu siapa?"

 

"Yuki Han."

 

"Han apa?"

 

Eh, "Yuki Hanabishi." sahut Yuki kikuk.

 

"Senang berkenalan denganmu."

 

Percakapan yang berakhir dengan sebuah suasana hening. Lantas Hiro menggantung tasnya di belakang pintu kemudian ia mengambil sepatu olahraganya dan melangkah ke pintu keluar.

 

"Eh, kamu mau kemana?"

 

"Latihan. Aku anggota klub voli. Apa kamu tidak ada kegiatan?"

 

"Aku mau merapikan barang-barangku terlebih dahulu."

 

"Maaf ya aku tidak bisa membantu. "

 

"Eh, iya tidak apa-apa."

 

"Hmm, boleh aku minta alamat email-mu?"

 

"Tentu. Sebenarnya tadi aku mau bertukar email denganmu, ternyata kamu berpikiran sama denganku."

 

"Nanti kalau ada apa-apa hubungi aku, aku mencatumkan nomor ponselku disana. Kalau lapar kirim pesan saja."

 

"Oke baiklah. Terima kasih, masahiro-san."

 

"Iya. Aku pergi latihan dulu. "

 

"Iya, hati-hati."

 

Kemudian Hiro melangkah pergi kembali ke sekolah.

 

Latihan hari ini tidak seperti biasanya, ia terpikir akan sesuatu di dalam ponselnya. Entah apa itu, beberapa kali ia melihat ke arah ponselnya seperti menunggu sesuatu yang tidak dapat ia ketahui.

 

Kagura menghampiri dirinya yang tengah duduk di ruang ganti, melihat Hiro yang hari ini memerhatikan ponsel -yang tidak ada video dewasa atau gambar wanita cantik. Karna tadi sebelum mulai latihan ia membuka ponsel Hiro dan melihat galeri foto yang isinya hanya foto-foto makanan di swalayan.

 

"Kamu mau video terbaru?" Kagura melepaskan kaosnya dan duduk di samping Hiro.

 

Hiro menoleh dan meletakan ponselnya di pahanya. "Video apa?"

 

"Di ponselmu tidak ada yang menarik. Apa kamu tidak pernah menonton video dewasa?"

 

"Ah, itu. Setelah menonton aku langsung menghapusnya."

 

"Pantas, saja."

 

"Kamu sekelas sama Yuki-kun? Aku diberitahu ketua asrama katanya dia kelas 1-C. Berarti sekelas denganmu."

 

"Iya. Tadinya aku tawari dia untuk masuk ke klub voli. Tapi dia langsung menolaknya. Yui-kun juga menawari klub renangnya, tapi tetap ditolak." Kagura memerhatikan Hiro yang terus melihat ke arah ponsel. "Waktu kemarin kamu pindah sekolah, kamu langsung memutuskan untuk masuk klub voli."

 

"Karna sebelumnya aku memang anggota klub voli."

 

"Begitu, ya."

 

"Sejak kecil aku memang sudah bermain voli. Saat SMP aku juga masuk klub voli. Hanya untuk menghibur diri, tidak ada niatan untuk jadi atlet profesional."

 

"Aku engga nanya."

 

"Aku cuma mau cerita."

 

"Ngomong-ngomong kamu lagi menunggu sesuatu,kah? Dari tadi aku lihat kamu melihat ke arah layar ponselmu."

 

"Aku tidak tahu. Hanya ingin melakukannya."

 

Tiba-tiba ponsel Hiro berdering, ada pesan masuk dari Yuki. Ekor mata Kagura mengintip pesan tersebut.

 

"Bagaimana kalau hari ini kita makan-makan? Aku yang traktir."

 

Setelah Kagura memasukkan kaos ke dalam tasnya, seluruh orang di ruangan menjadi riuh kegirangan mendengar ucapan Kagura barusan.

 

"Hiro-kun, kamu ajak Yuki-kun juga ya!"

 

"Maaf, tapi hari ini aku masih diet. "

 

"Eh?"

 

"Lusa saja. Aku menjalani diet selama sepekan, lalu bisa makan apapun setiap seminggu sekali."

 

"OKE, KALAU BEGITU LUSA!"

 

Seluruh orang di ruangan hanya bisa menggerung kesal.

 

Masahiro di orientasi sekolahnya sudah melakukan tindakan kurang menyenangkan untuk hari ini, kesempatannya tinggal 2x dalam sebulan. Kalau masih membuat teman di sekolahnya kesal, ia akan di jatuhi sanksi yang sudah di sepakati.

 3

Hiro menjadi sosok yang tidak pernah terbayang oleh Yuki sebelumnya. Hiro menjemputnya malam itu, berdiri dengan membawa sepeda-di dekat lampu merah penyeberangan dan menggunakan jaket tebal. Hiro menjemputnya malam itu. rela di sambar tanpa ampun oleh angin dingin yang terus-menerus melintas. Dengan mata dinginnya menyatu dengan suasana malam hari yang ramai, tapi Yuki merasa suatu kesendirian melekat dalam benaknya. Hiro mengkhawatirkannya. Dengan nafas terengah-engah menular padanya yang terkejut akan kehadiran Hiro di seberang sana.

 

"Eh, hana kamu lihat apa?"

 

Salah seorang teman yang duduk bersebelahan dengan Satoujimana senpai menyadari Yuki yang melihat ke arah luar jendela. Begitu gelap dan sesak. Tidak ada yang menarik selain suara lonceng yang berdengung di pintu masuk, menandakan ada pelanggan yang datang.

 

"Aku mau pulang, sekarang."

 

Yuki yang tertegun melihat Hiro di seberang jalan sana seketika langsung mematikan rokoknya.

 

Semua tatapan lantas mengarah padanya. Terutama Satoujima senpai. Senior satu ini kelihatannya tidak menyukai sikap Yuki barusan.

 

"Ini buru-buru sekali. Rokokmu saja belum habis. Santai saja, kamu bisa menginap di apartemen Usagi-san. " Kagura yang sedari tadi duduk di sampingnya sambil merangkul pundaknya, membuat suatu beban yang terbayang dalam pikiran Yuki mengenai Hiro. Segelas sake yang menganggur di hadapan mereka lantas di tenggak Kagura dalam sekali tarik nafas.

 

"Aku mau menemani Masahiro-kun tidur. Aku tidak ingin dia tidur dengan orang lain."

 

"Eh, kamu sudah mabuk,ya?"

 

"Iya aku sudah mabuk."

 

Kagura merasakan panas di kerongkongannya "Argh, kita menginap di apartemen Usagi-san malam ini."

 

"Aku ingin pulang, maaf."

 

Yuki berdiri.

 

"Kamu kalau mabuk terlihat mesum ,ya?" Suara Satoujima-san dalam kepulan asap yang pekat melanglang buana ke dalam ketinggian di atap tepat menghalau penerangan berwarna suasana hangat.

 

"Maka dari itu aku mau melakukan hal mesum dengan Hiro-chan. "

 

Beberapa orang disana mulai berdecak mengenai perilakunya. Hanya sebagian yang benar-benar sampai dengan utuh sampai di telinganya.

 

"Kamu mengerikan sekali. Hiro bisa tahan denganmu juga ya."

 

Satoujima dengan senyum yang menenangkan yang tidak bisa di jabarkan dalam bentuk apapun, menyodorkan segelas sake yang dituangnya sendiri dan melihat ke arah wajah Yuki yang memerah. "Aku juga suka berbuat mesum saat mabuk."

 

Suara lonjakan keterkejutan secara bersamaan.

 

"Aku cuma suka berbuat mesum dengan Hiro-chan. Maaf aku mau pulang. Permisi."

 

"Eh, aku tidak tahu, loh! Kalau Yuki ternyata menyukai Hiro." Kagura dengan pikiran bodohnya.

 

Suruh Satoujima senpai kepada Kagura. "Kagura-kun, temani dia pulang. Dia tidak akan aman kalau pulang dengan wajah seperti itu."

 

"Aku bisa pulang sendiri. Aku tidak mau dengar gosip pacaran dengan Kagura-kun, apalagi melakukan hal yang tidak di inginkannya di jalan."

 

"Apa yang barusan kamu katakan? Senpai menyuruhku menemanimu. Ayo!" Kagura tertegun.

 

"Aku tidak tertarik dengamu Kagura." Wajah Yuji bahkan tidak berubah sama sekali sejak tadi memutuskan untuk pulang lebih awal, raut wajahnya yang datar tapi begitu cantik.

 

"Kamu makin mabuk aja."

 

Satoujima menopang dagunya dan menghisap dalam-dalam batang rokoknya. Masih belum ada momen yabg menarik untuk disaksikan.

 

"Kagura-kun biarkan kalau itu kemaunnya. Hari ini kamu menginap dengan kami saja."

 

"Oh, baiklah kalau begitu. " Setengah mabuk dan sepenuhnya bingung. Kagura hanya menurut. "Hati-hati kamu Yuki. Kalau malam seperti ini pasti ada om-om mesum di jalan."

 

Gurauan Kagura itu pun di susul dengan ejekan senior yang lain. Semakin ramai dan semakin terdengar, tapi Yuki berlalu setelah mengucap pamit dan berterima kasih atas makanan dan minuman gratis. Yuki selalu seperti itu.

 

Yuki tak tahu kenapa ia harus menurut pada Hiro, menghampiri Hiro dan pulang bersama Hiro. Padahal ia bisa saja bicara omong kosong sampai pagi dengan para senior dan Kagura, menginap ramai-ramai, bermain game di apartemen, bahkan menghabiskan waktu sampai kapan pun, tanpa Hiro.

 

Topi baseball yang sengaja di kenakan agak lebih turun tidak lantas membuat pandangan Hiro menyentuh seluruh permukaan wajah Yuki yang kini tengah berjalan ke arahnya dengan wajah yang merona sepeti buah peach yang baru matang, bibir semerah ceri di musim semi, dan mata sayu yang terlihat keberatan akan kehadiran bulu mata lentik itu. Di padukan dengan langkah anak muda yang menyedihkan, begitu lunglai seperti telah kehilangan segalanya. Balutan Jaket hijau tua terlihat begitu menyesakkan di musim panas ini

 

"Kenapa kamu melihatku mesum begitu?"

 

Yuki sudah tepat berada di depannya. Sedikit terlonjak kaget Hiro buru-buru menyampaikan sesuatu yang sejak tadi di pikirkannya

 

"Eh, aku tidak pernah melihatmu seperti ini. Aku jadi merasa aneh."

 

"Harusnya kamu tidak perlu melakukan hal ini. Aku pasti sangat merepotkan..."

 

"Tidak, kamu tidak merepotkanmu, kok!"

 

"Bukan, kamu! Tapi Kagura-kun, dia menginap dengan senior sendirian. "

 

"Dia memang sering menginap dengan para senior. Jangan mengkhawatirkannya. Ayo, pulang!"

 

Sepeda dengan pedal boncengan di suguhkan padanya. Yuki tentu tak mau berdiri sambil berpegangan pada bahu Hiro yang lebar. Kepalanya sakit karna sudah lama tidak minum-minum, jadi dia duduk di depan sambil bersandar pada dada bidang Hiro.

 

"Kenapa kamu duduk di situ?"

 

"Kepalaku agak sakit. Lagi pula disini juga nyaman."

 

Hiro tak bisa menolaknya, bahkan aroma alkohol yang sangat menyengat di dominasi aroma tembakau yang di bakar menyentuh ujung penciumannya. Hiro lantas mengayuh sepeda menyusuri jalanan malam hari yang makin ramai. Yuki masih dengan kebodohannya sebagai laki-laki yang katanya tulen, bersandar pada tubuh Hiro dan berpegangan pada bagian tubuh Hiro yang lainnya.

 

"Kamu minum berapa banyak, sih? Baunya aku tidak suka. "

 

"Tidak banyak. Cuma menegak beberapa gelas."

 

"Aku tidak tahu kalau kamu anak berandalan. Aku kira perilakumu itu seperti penampilanmu, ternyata tidak ya."

 

Yuki mulai memeluk pinggang Hiro, "Benarkah, begitu?"

 

"I-ya"

Canggung pun hinggap dalam diri Hiro. Ia berusaha untuk menghindari beberala objek yang akan mencelakainya.

 

"Tadi satoujima-san juga bilang seperti itu, dia bahkan bilang kalau saja aku ini perempuan dia akan berpacaran denganku. Kalau pun aku perempuan, aku tidak akan mau berpacaran dengannya."

 

"Kalau kamu perempuan kamu mau berpacaran dengan siapa?"

 

"Dengan diriku yang laki-laki."

 

"Kamu benar-benar menyukai diri sendiri."

 

"Apa kamu menyukaiku?"

 

"Aku pernah, tapi kadang membencimu juga. Kamu pasti mabuk, orang mabuk selalu bicara melantur,kan?"

 

"Aku tidak pernah mabuk. Aku tahu batasan kemampuanku, jadi aku tidak pernah melewati batas kemampuanku."

 

"Begitu, kah?"

 

"Iya, bagaimana denganmu?"

 

"Aku suka tantangan. Aku orang yang pantang menyerah, jadi pastinya itu melewati batas kemampuan."

 

Keduanya terdiam untuk beberapa saat. Sesekali Hiro melihat pucuk kepala Yuki, mengira-ngira apakah Yuki jatuh tertidur ada hanya mengerjapkan mata.

 

"Hiro, apa kamu pernah pacaran?"

 

"Pernah."

 

"Berapa kali?"

 

"2 kali."

 

"Kamu orang yang jujur sekali."

 

"Apa kamu tidak Pernah pacaran?"

 

"Aku sudah berkali-kali. Bahkan sampai bosan, bisa di bilang aku ini lebih berpengalaman darimu. Aku bisa 3 minggu sekali ganti pasangan, pernah juga hanya seharian kemudian putus. Paling lama mungkin 8 bulan, pacaran dengan senior cantik yang tubuhnya indah. Aku pernah di tembak anak SD, loh! Tapi aku tolak karna aku bukan lolicon."

 

"Apa kamu punya kriteria khusus dalam berpacaran? Seperti berambut hitam panjang atau memiliki dada yang besar."

 

"Tidak ada. Selagi aku nyaman dengan seseorang dan aku mengenalnya, aku akan berpacaran dengannya. Siapapun."

 

"Apa kamu pernah di tolak atau menolak seorang perempuan?"

 

"Aku tidak pernah menolak ajakan untuk berpacaran. Aku tidak pernah menembak perempuan. Aku pernah berkencan dengan 3 perempuan sekaligus, mereka juga menyetujuinya saat aku melakukan itu."

 

"Kamu ini selain aneh juga mengerikan yah." Hiro terkekeh mendengar ucapan Yuki barusan.

 

Setelah melalui keramaian di pinggir jalan, melewati persimpangan lampu merah, sampai pada jalan yang gelap gulita Hiro mulai bergumam dengan nada-nada di pangkal lidahnya.

 

"Kalau suatu hari Kenta-kun menyatakan perasaan padamu kemudian mengajak kamu pacaran bagaimana? Apa kamu juga pacaran dengan laki-laki?" Keingintahuan Hiro membuat Yuki sedikit menyamankan posisi duduknya.

 

"Aku belum pernah melakukannya. Dan belum pernah memikirkan sejauh itu."

 

"Apa kamu akan melakukannya?"

 

"Tidak tahu."

 

Dan gerbang asrama sudah nampak jelas di hadapan mereka.

 

"Ucapanmu barusan..."

 

"Kenapa dengan ucapanku?"

 

"Apa aku boleh pacaran denganmu?"

 

Hiro mendadak memberhentikan laju sepedahnya. Ia menjauhkan tubuhnya dari Yuki, seketika Yuki pun melihat ke arahnya dengan wajah kebingungan.

 

"Kenapa?"

 

Keduanya secara bersamaan mengajukan pertanyaan.

 

"Kenapa aku?" Hiro "Kenapa kamu.." Yuki

 

"Biarkan aku bicara lebih dulu!" "Kenapa kamu nembak aku?"

 

"Aku cuma minta izinmu. "

 

"Kamu barusan nembak aku!"

 

"Sebenarnya sewaktu kamu bilang -berpacaran dengan laki-laki' aku jadi kepikiran. Aku selalu gagal dalam masalah pacaran, karna aku pacaran dengan perempuan mungkin. Aku cuma ingin uji coba, kalau aku pacaran dengan laki-laki mungkin sedikit-"

 

"Uji coba? Pacaran denganku?"

 

"Iya. Kalau kamu menolak, itu artinya kamu orang pertama yang menolakku karna aku baru pertama kali menembak calon pacar."

 

"Aku belum kepikiran untuk menjalin hubungan lagi sejauh ini, lagi pula aku pindah kesini juga ada alasan lain."

 

"Kamu juga gagal dalam urusan percintaan,kan? Bagaimana kalau kita pacaran? Uji coba sampai liburan musim panas atau terserah, bagaimana?"

 

"Kamu terlalu mendadak untuk memutuskannya sekarang."

 

"Ini hanya uji coba, tidak perlu memikirkan masa depan dan tujuan hidupmu."

 

"Aku tahu! Tapi, ini akan terlihat aneh. "

 

"Karna kita murid laki-laki pindahan yang beda 2 hari dan sekamar?"

 

"Tidak hanya itu saja."

 

"Apa?"

 

"Besok saja kita bicarakan lagi. Ini sudah malam. Besok aku juga harus latihan."

 

"Putuskan besok, aku tidak suka mengulur-ulur waktu."

 

"Iya-iya, kamu juga besok pagi ada latihan berenang. Ayo, cepat!"

 

"Padahal aku tidak bisa berenang hehehe..."

 

"Terus kenapa masuk klub renang?"

 

"Tentunya agar aku bisa berenang hehehe..."

 

Malam itu percakapan mereka tak berakhir hanya di depan pintu gerbang asrama. Semalaman Yuki tidak bisa tertidur memikirkan ucapannya mengenai berpacaran dengan Hiro adalah tindakan di luar dari kendali otaknya. Tidak ada salahnya juga mengatakannya demikian, Yuki juga tidak banyak berharap pada Hiro. Ia hanya ingin mengisi waktu luang di malam yang gelap saat itu, dimana tangan Hiro yang terasa bergetar dan suara detak jantung yang berdegup kelewatan. Yuki sudah lebih tahu banyak mengenai pemuda itu, jadi ia sudah tahu keputusannya.

 

"Yuki, bangun! Kamu harus latihan berenang!"

 

Yuki berhasil terlelap saat pucuk matahari mulai bercahaya di ufuk timur. Sekarang jan delapan lewat empat puluh menit, Hiro dengan seragam voli dan tas hitam besarnya mulai mengacaukan waktu paling indah dengan menarik paksa mimpi tentang kue tart rasa stoberi keluar dari pagi seorang Yuki.

 

"Ayo, kita pacaran!

 

Biasain panggil 'ara'

Seorang manusia yang memiliki sepenggal kalimat untuk mencintai dirinya sendiri

Posting Komentar

Kamu sebaiknya tahu mengenai tata krama umum yang biasa digunakan. Disini saya memiliki bagian hampir semuanya. Jika ada yang ingin ditanyakan silahkan dengan kata yang baik.
Terima kasih telah memenuhi standar untuk berkunjung.

Lebih baru Lebih lama