Penjelasan: Berawal dari seorang murid SMU bernama Yuki yang terkenal karna perawakannya yang bak anak gadis, dan bertemu dengan Masahiro, murid klub voli.
Kategori: Romance Comedy
Yuki Hanabishi
Masahiro Takahashi
Kenta Takeda
Kagura Matsumune
Haruka Yui
Ousuke Satoujima
Tetsuya Kureno
Akemi Sato
Ayame Nishimura
Shouta Ryuu
Fugou Watanabe
Prolog
2
Namanya Yuki Hanabishi. Lebih senang
dipanggil Yuki. Menurutnya Hanabishi akan membuatnya lebih terlihat seperti
Perempuan sungguhan.
"kalau di panggil Hanabishi sepertinya
tidak begitu kentara."
Bila ada yang memanggilnya begitu, Yuki tak
akan diam. Ia akan melancarkan sebuah serangan yang tak terkalahkan, dengan
kekuatannya yang bisa menembuat tameng sekuat apapun itu bahan yang menjadi
komposisinya akan telak dengan
"Wajah ini akan membuatmu patuh dengan
sekejap."
Sampai cahaya turun di atas kepalanya,
bunga-bunga bermekaran dimana-mana dan kemudian angin musim semi yang semerbak
bunga sakura menyapu seluruh area di sekitar sana sampai menjadi sebuah ladang
indah tanpa celah. Sesuatu yang tak dapat di uraikan dengan argumen antara
lidah yang berdecak dengan gigi di dalam ruang berupa mulut di sana. Keindahan
yang terdiri dari kulitnya yang semulus porselen, sehalus benang sutera,
secemerlang garam di tambang sampai seindah karya seni seorang seniman terkenal
Michaelangelo Bunarroti.
"Jadi Hana-chan mau gabung ke klub
voli?"
Matsumume Kagura ketua klub voli yang
paling ceroboh dan suka melanggar peraturan sekolah. Bahkan tidak bisa bermain
game. Walau begitu tidak ada yang berani mengolok-olok dirinya.
"Eh, aku tidak pandai
berolahraga."
"Sambil belajar juga tidak apa-apa.
Hiro-kun juga anggota klub voli."
"Aku tidak berminat sama sekali."
"Kalau begitu masuk klub renang
saja." Haruka Yui anggota klub renang yang terkenal karna namanya seperti
perempuan.
"Aku benar-benar buruk dalam
olahraga."
"Barusan,kan dia bilang Yui-kun!"
Yuki melihat kedua orang itu mulai
berkelahi di hadapannya. Haruka dan Matsumune orang pertama yang mengajak dia
bicara saat pelajaran sastra berlangsung, Pak guru sudah biasa dengan suasana
kelas yang berisik. Dari suara ocehan para murid, deringan ponsel, ketukan di
atas meja sampai suara dengkuran yang sangat nyaring. Yuki yakin ia mulai bisa
beradaptasi di SMA khusus laki-laki ini.
Ruang kelas 1-C. Kekacauan yang bisa
ditolerir dari kelas sebelah, ruang kelas 1-E yang mulai terdengar suara hewan
pra sejarah Brontosaurus, tapi ada suara Archeopteryx juga.
Baru 2 hari tinggal Hiro sudah mendapat teman
sekamar. Tapi hari ini dirinya belum melihat teman sekamarnya itu, tapi saat
makan siang tadi Kagura menghampirinya. Menyuruhnya untuk mengajak teman kamarnya
bergabung ke klub voli. Hiro menghiraukan permintaan Kagura dan segera pulang
untuk mengambil sepatu olahraganya yang tertinggal.
Pintu kamarnya terbuka lebar sampai bisa di lihat
dari kejauhan, gantungan celana dalamnya terpampang jelas di pintu masuk. Siapa
orang gila yang baru saja menerobos masuk? Apakah dia yang akan tinggal
menemani masa-masa muda seorang Masahiro.
"Oi!" Tiba-tiba Kagura berdiri di
sampingnya, tepat di depan kamar dengan pintu terbuka yang memberikan
pemandangan dengan konteks begitu dewasa. Kagura tinggal di kamar yang
bersebelahan dengan kamar Hiro.
"Apa yang kamu lakukan disini?"
"Aku memang tinggal di samping kamarmu,
bodoh!"
"Maksudku kenapa kamu berdiri di
sampingku?"
"Eh, aku mau mengintip perempuan."
"Hah, apa? "
"Kamu belum bertemu dengan teman
sekamarmu?"
"Belum."
"Wah, temanmu itu cocok untuk dijadikan bahan
percakapan nanti. "
"Apa maksudnya mau mengintip perempuan?"
"Kalau kamu masuk ke kamarmu terus berteriak
berarti kamu pria lemah."
Hiro jauh lebih sehat akal dan pikirannya ketimbang
laki-laki mesum yang melangkah pergi ke dalam kamar yang lain.
Seorang Hiro dengan keteguhan jiwanya pun mengambil
celana dalamnya itu dan melangkah masuk ke dalam kamar, penasaran dengan wujud
misterius yang baru saja dikatakan oleh Kagura. Seorang perempuan yang ingin di
intip oleh Kagura, tunjukkan sosok aslimu.
"Masahiro,kah? Masahiro Takahashi?"
Seseorang yang tiba-tiba menunjuk ke arah Hiro, seseorang dengan wajah cantik,
bermata indah sayu dengan bulu mata yang lentik, dan bertubuh kecil tengah
berdiri di samping tempat tidur Hiro.
Hiro teringat ucapan Kagura barusan. Bila ia
berteriak berarti dia Pria lemah. Jadi Hiro hanya menghembuskan nafasnya sambil
berusaha tenang.
"Darimana kamu tahu namaku?"
"Dari ketua asrama."
"Aku hanya diberitahu kalau ada murid baru yang
akan tinggal sekamar denganku. Namamu siapa?"
"Yuki Han."
"Han apa?"
Eh, "Yuki Hanabishi." sahut Yuki kikuk.
"Senang berkenalan denganmu."
Percakapan yang berakhir dengan sebuah suasana
hening. Lantas Hiro menggantung tasnya di belakang pintu kemudian ia mengambil
sepatu olahraganya dan melangkah ke pintu keluar.
"Eh, kamu mau kemana?"
"Latihan. Aku anggota klub voli. Apa kamu tidak
ada kegiatan?"
"Aku mau merapikan barang-barangku terlebih
dahulu."
"Maaf ya aku tidak bisa membantu. "
"Eh, iya tidak apa-apa."
"Hmm, boleh aku minta alamat email-mu?"
"Tentu. Sebenarnya tadi aku mau bertukar email
denganmu, ternyata kamu berpikiran sama denganku."
"Nanti kalau ada apa-apa hubungi aku, aku
mencatumkan nomor ponselku disana. Kalau lapar kirim pesan saja."
"Oke baiklah. Terima kasih, masahiro-san."
"Iya. Aku pergi latihan dulu. "
"Iya, hati-hati."
Kemudian Hiro melangkah pergi kembali ke sekolah.
Latihan hari ini tidak seperti biasanya, ia terpikir
akan sesuatu di dalam ponselnya. Entah apa itu, beberapa kali ia melihat ke
arah ponselnya seperti menunggu sesuatu yang tidak dapat ia ketahui.
Kagura menghampiri dirinya yang tengah duduk di ruang
ganti, melihat Hiro yang hari ini memerhatikan ponsel -yang tidak ada video
dewasa atau gambar wanita cantik. Karna tadi sebelum mulai latihan ia membuka
ponsel Hiro dan melihat galeri foto yang isinya hanya foto-foto makanan di
swalayan.
"Kamu mau video terbaru?" Kagura melepaskan
kaosnya dan duduk di samping Hiro.
Hiro menoleh dan meletakan ponselnya di pahanya.
"Video apa?"
"Di ponselmu tidak ada yang menarik. Apa kamu
tidak pernah menonton video dewasa?"
"Ah, itu. Setelah menonton aku langsung
menghapusnya."
"Pantas, saja."
"Kamu sekelas sama Yuki-kun? Aku diberitahu
ketua asrama katanya dia kelas 1-C. Berarti sekelas denganmu."
"Iya. Tadinya aku tawari dia untuk masuk ke klub
voli. Tapi dia langsung menolaknya. Yui-kun juga menawari klub renangnya, tapi
tetap ditolak." Kagura memerhatikan Hiro yang terus melihat ke arah
ponsel. "Waktu kemarin kamu pindah sekolah, kamu langsung memutuskan untuk
masuk klub voli."
"Karna sebelumnya aku memang anggota klub voli."
"Begitu, ya."
"Sejak kecil aku memang sudah bermain voli. Saat
SMP aku juga masuk klub voli. Hanya untuk menghibur diri, tidak ada niatan
untuk jadi atlet profesional."
"Aku engga nanya."
"Aku cuma mau cerita."
"Ngomong-ngomong kamu lagi menunggu sesuatu,kah?
Dari tadi aku lihat kamu melihat ke arah layar ponselmu."
"Aku tidak tahu. Hanya ingin melakukannya."
Tiba-tiba ponsel Hiro berdering, ada pesan masuk dari
Yuki. Ekor mata Kagura mengintip pesan tersebut.
"Bagaimana kalau hari ini kita makan-makan? Aku
yang traktir."
Setelah Kagura memasukkan kaos ke dalam tasnya,
seluruh orang di ruangan menjadi riuh kegirangan mendengar ucapan Kagura
barusan.
"Hiro-kun, kamu ajak Yuki-kun juga ya!"
"Maaf, tapi hari ini aku masih diet. "
"Eh?"
"Lusa saja. Aku menjalani diet selama sepekan,
lalu bisa makan apapun setiap seminggu sekali."
"OKE, KALAU BEGITU LUSA!"
Seluruh orang di ruangan hanya bisa menggerung kesal.
Masahiro di orientasi sekolahnya sudah melakukan
tindakan kurang menyenangkan untuk hari ini, kesempatannya tinggal 2x dalam
sebulan. Kalau masih membuat teman di sekolahnya kesal, ia akan di jatuhi
sanksi yang sudah di sepakati.
3
Hiro
menjadi sosok yang tidak pernah terbayang oleh Yuki sebelumnya. Hiro
menjemputnya malam itu, berdiri dengan membawa sepeda-di dekat lampu merah
penyeberangan dan menggunakan jaket tebal. Hiro menjemputnya malam itu. rela di
sambar tanpa ampun oleh angin dingin yang terus-menerus melintas. Dengan mata
dinginnya menyatu dengan suasana malam hari yang ramai, tapi Yuki merasa suatu kesendirian
melekat dalam benaknya. Hiro mengkhawatirkannya. Dengan nafas terengah-engah
menular padanya yang terkejut akan kehadiran Hiro di seberang sana.
"Eh, hana kamu lihat apa?"
Salah seorang teman yang duduk bersebelahan
dengan Satoujimana senpai menyadari Yuki yang melihat ke arah luar jendela.
Begitu gelap dan sesak. Tidak ada yang menarik selain suara lonceng yang
berdengung di pintu masuk, menandakan ada pelanggan yang datang.
"Aku mau pulang, sekarang."
Yuki yang tertegun melihat Hiro di seberang
jalan sana seketika langsung mematikan rokoknya.
Semua tatapan lantas mengarah padanya.
Terutama Satoujima senpai. Senior satu ini kelihatannya tidak menyukai sikap
Yuki barusan.
"Ini buru-buru sekali. Rokokmu saja
belum habis. Santai saja, kamu bisa menginap di apartemen Usagi-san. "
Kagura yang sedari tadi duduk di sampingnya sambil merangkul pundaknya, membuat
suatu beban yang terbayang dalam pikiran Yuki mengenai Hiro. Segelas sake yang
menganggur di hadapan mereka lantas di tenggak Kagura dalam sekali tarik nafas.
"Aku mau menemani Masahiro-kun tidur.
Aku tidak ingin dia tidur dengan orang lain."
"Eh, kamu sudah mabuk,ya?"
"Iya aku sudah mabuk."
Kagura merasakan panas di kerongkongannya
"Argh, kita menginap di apartemen Usagi-san malam ini."
"Aku ingin pulang, maaf."
Yuki berdiri.
"Kamu kalau mabuk terlihat mesum
,ya?" Suara Satoujima-san dalam kepulan asap yang pekat melanglang buana
ke dalam ketinggian di atap tepat menghalau penerangan berwarna suasana hangat.
"Maka dari itu aku mau melakukan hal
mesum dengan Hiro-chan. "
Beberapa orang disana mulai berdecak
mengenai perilakunya. Hanya sebagian yang benar-benar sampai dengan utuh sampai
di telinganya.
"Kamu mengerikan sekali. Hiro bisa
tahan denganmu juga ya."
Satoujima dengan senyum yang menenangkan
yang tidak bisa di jabarkan dalam bentuk apapun, menyodorkan segelas sake yang
dituangnya sendiri dan melihat ke arah wajah Yuki yang memerah. "Aku juga
suka berbuat mesum saat mabuk."
Suara lonjakan keterkejutan secara
bersamaan.
"Aku cuma suka berbuat mesum dengan
Hiro-chan. Maaf aku mau pulang. Permisi."
"Eh, aku tidak tahu, loh! Kalau Yuki
ternyata menyukai Hiro." Kagura dengan pikiran bodohnya.
Suruh Satoujima senpai kepada Kagura.
"Kagura-kun, temani dia pulang. Dia tidak akan aman kalau pulang dengan
wajah seperti itu."
"Aku bisa pulang sendiri. Aku tidak
mau dengar gosip pacaran dengan Kagura-kun, apalagi melakukan hal yang tidak di
inginkannya di jalan."
"Apa yang barusan kamu katakan? Senpai
menyuruhku menemanimu. Ayo!" Kagura tertegun.
"Aku tidak tertarik dengamu
Kagura." Wajah Yuji bahkan tidak berubah sama sekali sejak tadi memutuskan
untuk pulang lebih awal, raut wajahnya yang datar tapi begitu cantik.
"Kamu makin mabuk aja."
Satoujima menopang dagunya dan menghisap
dalam-dalam batang rokoknya. Masih belum ada momen yabg menarik untuk
disaksikan.
"Kagura-kun biarkan kalau itu
kemaunnya. Hari ini kamu menginap dengan kami saja."
"Oh, baiklah kalau begitu. "
Setengah mabuk dan sepenuhnya bingung. Kagura hanya menurut. "Hati-hati
kamu Yuki. Kalau malam seperti ini pasti ada om-om mesum di jalan."
Gurauan Kagura itu pun di susul dengan
ejekan senior yang lain. Semakin ramai dan semakin terdengar, tapi Yuki berlalu
setelah mengucap pamit dan berterima kasih atas makanan dan minuman gratis.
Yuki selalu seperti itu.
Yuki tak tahu kenapa ia harus menurut pada
Hiro, menghampiri Hiro dan pulang bersama Hiro. Padahal ia bisa saja bicara
omong kosong sampai pagi dengan para senior dan Kagura, menginap ramai-ramai,
bermain game di apartemen, bahkan menghabiskan waktu sampai kapan pun, tanpa
Hiro.
Topi baseball yang sengaja di kenakan agak
lebih turun tidak lantas membuat pandangan Hiro menyentuh seluruh permukaan
wajah Yuki yang kini tengah berjalan ke arahnya dengan wajah yang merona sepeti
buah peach yang baru matang, bibir semerah ceri di musim semi, dan mata sayu
yang terlihat keberatan akan kehadiran bulu mata lentik itu. Di padukan dengan
langkah anak muda yang menyedihkan, begitu lunglai seperti telah kehilangan
segalanya. Balutan Jaket hijau tua terlihat begitu menyesakkan di musim panas
ini
"Kenapa kamu melihatku mesum
begitu?"
Yuki sudah tepat berada di depannya.
Sedikit terlonjak kaget Hiro buru-buru menyampaikan sesuatu yang sejak tadi di
pikirkannya
"Eh, aku tidak pernah melihatmu
seperti ini. Aku jadi merasa aneh."
"Harusnya kamu tidak perlu melakukan
hal ini. Aku pasti sangat merepotkan..."
"Tidak, kamu tidak merepotkanmu,
kok!"
"Bukan, kamu! Tapi Kagura-kun, dia
menginap dengan senior sendirian. "
"Dia memang sering menginap dengan
para senior. Jangan mengkhawatirkannya. Ayo, pulang!"
Sepeda dengan pedal boncengan di suguhkan
padanya. Yuki tentu tak mau berdiri sambil berpegangan pada bahu Hiro yang
lebar. Kepalanya sakit karna sudah lama tidak minum-minum, jadi dia duduk di
depan sambil bersandar pada dada bidang Hiro.
"Kenapa kamu duduk di situ?"
"Kepalaku agak sakit. Lagi pula disini
juga nyaman."
Hiro tak bisa menolaknya, bahkan aroma
alkohol yang sangat menyengat di dominasi aroma tembakau yang di bakar
menyentuh ujung penciumannya. Hiro lantas mengayuh sepeda menyusuri jalanan
malam hari yang makin ramai. Yuki masih dengan kebodohannya sebagai laki-laki
yang katanya tulen, bersandar pada tubuh Hiro dan berpegangan pada bagian tubuh
Hiro yang lainnya.
"Kamu minum berapa banyak, sih? Baunya
aku tidak suka. "
"Tidak banyak. Cuma menegak beberapa
gelas."
"Aku tidak tahu kalau kamu anak
berandalan. Aku kira perilakumu itu seperti penampilanmu, ternyata tidak
ya."
Yuki mulai memeluk pinggang Hiro,
"Benarkah, begitu?"
"I-ya"
Canggung pun hinggap dalam diri Hiro. Ia
berusaha untuk menghindari beberala objek yang akan mencelakainya.
"Tadi satoujima-san juga bilang
seperti itu, dia bahkan bilang kalau saja aku ini perempuan dia akan berpacaran
denganku. Kalau pun aku perempuan, aku tidak akan mau berpacaran
dengannya."
"Kalau kamu perempuan kamu mau
berpacaran dengan siapa?"
"Dengan diriku yang laki-laki."
"Kamu benar-benar menyukai diri
sendiri."
"Apa kamu menyukaiku?"
"Aku pernah, tapi kadang membencimu
juga. Kamu pasti mabuk, orang mabuk selalu bicara melantur,kan?"
"Aku tidak pernah mabuk. Aku tahu
batasan kemampuanku, jadi aku tidak pernah melewati batas kemampuanku."
"Begitu, kah?"
"Iya, bagaimana denganmu?"
"Aku suka tantangan. Aku orang yang
pantang menyerah, jadi pastinya itu melewati batas kemampuan."
Keduanya terdiam untuk beberapa saat.
Sesekali Hiro melihat pucuk kepala Yuki, mengira-ngira apakah Yuki jatuh
tertidur ada hanya mengerjapkan mata.
"Hiro, apa kamu pernah pacaran?"
"Pernah."
"Berapa kali?"
"2 kali."
"Kamu orang yang jujur sekali."
"Apa kamu tidak Pernah pacaran?"
"Aku sudah berkali-kali. Bahkan sampai
bosan, bisa di bilang aku ini lebih berpengalaman darimu. Aku bisa 3 minggu
sekali ganti pasangan, pernah juga hanya seharian kemudian putus. Paling lama
mungkin 8 bulan, pacaran dengan senior cantik yang tubuhnya indah. Aku pernah
di tembak anak SD, loh! Tapi aku tolak karna aku bukan lolicon."
"Apa kamu punya kriteria khusus dalam
berpacaran? Seperti berambut hitam panjang atau memiliki dada yang besar."
"Tidak ada. Selagi aku nyaman dengan
seseorang dan aku mengenalnya, aku akan berpacaran dengannya. Siapapun."
"Apa kamu pernah di tolak atau menolak
seorang perempuan?"
"Aku tidak pernah menolak ajakan untuk
berpacaran. Aku tidak pernah menembak perempuan. Aku pernah berkencan dengan 3
perempuan sekaligus, mereka juga menyetujuinya saat aku melakukan itu."
"Kamu ini selain aneh juga mengerikan
yah." Hiro terkekeh mendengar ucapan Yuki barusan.
Setelah melalui keramaian di pinggir jalan,
melewati persimpangan lampu merah, sampai pada jalan yang gelap gulita Hiro
mulai bergumam dengan nada-nada di pangkal lidahnya.
"Kalau suatu hari Kenta-kun menyatakan
perasaan padamu kemudian mengajak kamu pacaran bagaimana? Apa kamu juga pacaran
dengan laki-laki?" Keingintahuan Hiro membuat Yuki sedikit menyamankan
posisi duduknya.
"Aku belum pernah melakukannya. Dan
belum pernah memikirkan sejauh itu."
"Apa kamu akan melakukannya?"
"Tidak tahu."
Dan gerbang asrama sudah nampak jelas di
hadapan mereka.
"Ucapanmu barusan..."
"Kenapa dengan ucapanku?"
"Apa aku boleh pacaran denganmu?"
Hiro mendadak memberhentikan laju
sepedahnya. Ia menjauhkan tubuhnya dari Yuki, seketika Yuki pun melihat ke
arahnya dengan wajah kebingungan.
"Kenapa?"
Keduanya secara bersamaan mengajukan
pertanyaan.
"Kenapa aku?" Hiro "Kenapa
kamu.." Yuki
"Biarkan aku bicara lebih dulu!"
"Kenapa kamu nembak aku?"
"Aku cuma minta izinmu. "
"Kamu barusan nembak aku!"
"Sebenarnya sewaktu kamu bilang
-berpacaran dengan laki-laki' aku jadi kepikiran. Aku selalu gagal dalam
masalah pacaran, karna aku pacaran dengan perempuan mungkin. Aku cuma ingin uji
coba, kalau aku pacaran dengan laki-laki mungkin sedikit-"
"Uji coba? Pacaran denganku?"
"Iya. Kalau kamu menolak, itu artinya
kamu orang pertama yang menolakku karna aku baru pertama kali menembak calon
pacar."
"Aku belum kepikiran untuk menjalin
hubungan lagi sejauh ini, lagi pula aku pindah kesini juga ada alasan
lain."
"Kamu juga gagal dalam urusan
percintaan,kan? Bagaimana kalau kita pacaran? Uji coba sampai liburan musim
panas atau terserah, bagaimana?"
"Kamu terlalu mendadak untuk
memutuskannya sekarang."
"Ini hanya uji coba, tidak perlu
memikirkan masa depan dan tujuan hidupmu."
"Aku tahu! Tapi, ini akan terlihat
aneh. "
"Karna kita murid laki-laki pindahan
yang beda 2 hari dan sekamar?"
"Tidak hanya itu saja."
"Apa?"
"Besok saja kita bicarakan lagi. Ini
sudah malam. Besok aku juga harus latihan."
"Putuskan besok, aku tidak suka
mengulur-ulur waktu."
"Iya-iya, kamu juga besok pagi ada
latihan berenang. Ayo, cepat!"
"Padahal aku tidak bisa berenang
hehehe..."
"Terus kenapa masuk klub renang?"
"Tentunya agar aku bisa berenang
hehehe..."
Malam itu percakapan mereka tak berakhir
hanya di depan pintu gerbang asrama. Semalaman Yuki tidak bisa tertidur
memikirkan ucapannya mengenai berpacaran dengan Hiro adalah tindakan di luar
dari kendali otaknya. Tidak ada salahnya juga mengatakannya demikian, Yuki juga
tidak banyak berharap pada Hiro. Ia hanya ingin mengisi waktu luang di malam
yang gelap saat itu, dimana tangan Hiro yang terasa bergetar dan suara detak
jantung yang berdegup kelewatan. Yuki sudah lebih tahu banyak mengenai pemuda
itu, jadi ia sudah tahu keputusannya.
"Yuki, bangun! Kamu harus latihan
berenang!"
Yuki berhasil terlelap saat pucuk matahari
mulai bercahaya di ufuk timur. Sekarang jan delapan lewat empat puluh menit,
Hiro dengan seragam voli dan tas hitam besarnya mulai mengacaukan waktu paling
indah dengan menarik paksa mimpi tentang kue tart rasa stoberi keluar dari pagi
seorang Yuki.
"Ayo, kita pacaran!