Saat ada orang yang bilang "aku mencintaimu, jadilah pacaraku, atau menikahlah denganku" itu mungkin lebih seperti menyatakan perasaan. Tapi saat ada orang yang selalu berdiri di sisimu, hadir pada kondisi-kondisi yang genting atau suasana yang sekiranya pantas untuk dihadirinya, dan memberimu sebuah alasan mengapa ia melakukan hal-hal tersebut itu karena kehadiranmu. Sesuatu seperti itu patut dipertimbangkan, apalagi saat seseorang itu muncul disaat-saat yang genting, entah membantumu mengerjakan tugasmu, mendampingimu dalam beraktifitas, atau bahkan merelakan sesuatu yang berharga demi dirimu. Itu bisa dikatakan bahwa seseorang itu mencintaimu.
Mencintai itu bukan hanya ia menyukaimu, itu sesuatu hal yang kompleks. Berbeda lagi dari terobsesi dengan semua yang ada padamu. Tapi terobsesi itu dapat dikatakan mencintai yang amat sangat fanatik. Dimana unsur fanatisme ikut andil dalam hal tersebut.
Setidaknya seseorang yang mencintaimu itu mengorbankan sesuatu yang amat sangat berharga untuk ditukar sesuatu yang tidak berharga pada dirimu. Itu mengerikan. Tapi memang begitulah.
Ketika salah seorang teman atau kenalan atau seseorang yang kau kenal mengalami suatu hal yang kurang mengenakan, dan kau andil dalam perasaan tersebut, kemudian kau mencoba menghilang atau bahkan melindungi seseorang tersebut. Itu yang dinamakan cinta. Kau percaya ada banyak orang yang menebar kasih diluar sana, seenak jidat mereka melakukannya hanya untuk senang-senang atau hanya memang keharusan. Karena apa? Mereka tak lagi punya hati. Hati mereka tak lagi berdaya pada hal-hal yang itu. Kalau kau pikir cinta itu melibatkan hati, kau salah besar.
Cinta itu akan mempertaruhkan nyawa atau jiwa seseorang. Seseorang yang rela kehilangan hal tersebut demi dirimu, kemungkinan besarnya ia benar mencintaimu. Ia tentu selalu ingin kau hidup bahagia, selalu merasa dalam kedamaian yang tentram dan merasa tercukupi dalam segala hal.
Lucunya sekarang ini, pertengkaran yang terjadi dengan tempo berulang sering kali dianggap sesuatu sinkronisasi antar dua hati orang yang terhubung. Entah darimana teori itu berasal. Bahkan amarah datang dari orang yang dikenal. Perasaan-perasaan seperti itu selalu di lampiaskan pada orang yang dikenal, mungkin karena merasa orang tersebut sudah kita kenal dengan baik dan mungkin orang tersebut juga mengenal bagaimana kepribadian kita sesungguhnya dan siap menampung semua emosi yang dikenalnya.