Kali ini bunganya merekah jauh lebih indah dari sebelumnya di ladang berisikan harapan untuk hidup bahagia. Dari bentuk kelopaknya yang merekah dengan sempurna sampai
putik bunga yang bersinar seperti air gunung fuji yang mengalir di musim semi--begitu
jernih saat terpapar mentari. Dari tangkainya yang menjulang semampai sampai
rumput yang terhampar di taman yang luas. Semuanya hanya tampak konotasi fiksi
yang tak akan pernah menjadi indah bahkan bila waktu yang di harapkan
itu menjadi sebuah kenyataan, itu hanyalah sepenggal mimpi di pekan siang hari.
Itu hanya sebuah perasaan sebesar pualam yang tak akan pernah sampai di ujung
benua sana, dimana terdapat sebuah pelabuhan yang memiliki bangunan sebagai
tempat bersandar. Ia hanya akan terpaku dalam kesendirian dengan dirinya
sendiri.
Menjelang musim panas tentu
sebuah penantian bagi siapapun, terlebih itu Masaki. Sebagai Wakil Ketua kelas
itu berarti waktunya istirahat dari dokumen-dokumen hangat yang terus menjadi
santapan tiap harinya, kini ia harus mengisi waktu liburan musim panas dengan
kegiatan yang menyenangkan, entah pergi ke kampung halaman atau hanya
menghabiskan waktu di rumah dengan memainkan game sampai terkena demam, atau melakukan sesuatu yang lebih
menyenangkan. Tapi setelah festival sekolah berakhir, ia lebih memilih untuk
menetap dirumah dengan bermain game
sepuasnya, sesekali ia pergi ke rumah Kobayashi untuk sekedar berbincang
mengenai game keluaran terbaru atau
hanya bertukar omong kosong.
Hari-harinya kini hanya terdiri
dari permainan di layar monitor dan suara Ibunya yang selalu mengomel sepanjang
hari, bahkan masih terbayang di telinganya, menyebalkannya ia tak bisa mengalihakan
pendengarannya dengan sesuatu yang lebih menarik selain lagu-lagu dan sound effect game online di layar monitor.
Masaki pun memutuskan untuk pergi keluar rumah sebentar, menenggelamkan semua
pikiran suntuk yang menghantui pikirannya. Sejak siang tadi ia mencoba
menghubungi beberapa teman untuk sekedar di ajak berbincang, tapi tak seorang
pun yang menjawab. Semuanya sibuk mempergunakan waktu liburan musim panas,
bahkan Kobayashi sekali pun. Mungkin orang itu kini sibuk bermain game sampai tak sadarkan diri di kamarnya.
Liburannya benar-benar tak
menarik sampai ia merasakan lusa berikutnya, salah seorang teman perempuan dari
kelas yang sama menghubunginya. Hanako namanya. Menanyakan salinan proposal
festival yang belum di serahkan kepada bagian OSIS. Masaki tidak tahu bahwa
Hanako masuk dalam OSIS, gadis itu juga tidak terlalu aktif di kelas. Tapi
beberapa murid dari kelas lain mengenalnya, Hanako lumayan terkenal karna
pribadinya yang baik dalam bergaul dan lumayan cantik. Masaki tidak terlalu
dekat dengan gadis itu, jadi aneh saja mengirim pesan malam-malam seperti ini.
“Mungkin Tachibana lupa. Saat
masuk sekolah nanti akan kuberikan. Terima kasih telah mengingatkannya. “ –
Masaki Taguchi
“Baiklah. Maaf telah
merepotkanmu Masaki. “ – Hanako
“Iya, tidak apa-apa. “– Masaki
Taguchi
Dan pesannya berakhir pada malam itu, tepat pukul delapan
malam waktu setempat setelah Masaki berhasil menghabiskan es krim batang rasa
coklat yang dipadukan dengan rasa pisang -di depan sebuah mini market. Ini bukan
pertama kalinya Hanako mengirim pesan padanya, mereka hanya tak pernah bertukar
pesan begitu sering. Jadi agak sedikit canggung kalau membalas pesan dengan
orang yang tidak begitu dekat. Masaki tidak bisa ingat kapan terakhir kali
bertukar pesan dengan Hanako, mungkin musim panas lalu. Bisa di lihat dengan
jelas waktu di layar ponselnya itu, bulan Agustus.
Ia membeli ramen untuk menjadi teman bermain game dan 2 kaleng lemon soda. Malam ini
ia merencanakan untuk menonton film “The
Age of Adaline”, tentu itu bukan genre film kesukaannya. Hanya saja sebelum
libur musim panas, Kobayashi banyak bercerita tentang saudara perempuannya yang
tidak pernah berubah sejak mereka kecil sampai usia mereka sekarang ini.
Kobayashi tentu tidak menyarankan film tersebut kepada Masaki, hanya saja
Masaki penasaran tentang seseorang yang tidak mengalami perubahan secara fisik
selama bertahun-tahun bahkan lewat dari 2 dekade. Masaki terus terbayang-bayang
dan mencari rekomendasi film di daring. Pemain utama “The Age of Adaline” juga sangat cantik kalau di perhatikan, walau
membosankan Masaki menontonnya sampai selesai.
Dan tepat pukul 12 malam muncul notifikasi di ponselnya,
ternyata Hanako mengirim sebuah pesan. Masaki membaca isi pesan tersebut yang
isinya bukan sesuatu yang menarik, tapi itu adalah petunjuk untuk waktu
selanjutnya. Sesuatu yang bahkan Masaki tidak pernah bayangkan itu akan terjadi.
“Apa kau
mengenal Yosuke Masahiro? Seorang senior di sekolah kita.”
“Tentu.
Kenapa?”
Saat sampai di sebuah permulaan
mungkin Masaki tidak berharap apapun, tapi perjalanan menuju titik ia berharap
tidak akan pernah menjawab pesan tersebut.