Bualan kecil yang masuk ke dalam kepulan asap berongga yang kemudian memanjat dinding angkasa tak berwujud, menjadi pecah dalam balutan cahaya florescent dan hilang begitu saja setelah sebaris kalimat omong kosong hanya seperti hembusan angin musim panas di tepi pantai pada sore hari, memporak-porandakan semua asumsi yang beberapa saat lalu telah di susun begitu apik, kini hanya dengan sebuah bualan semua itu kandas begitu saja.
Kemudian aku memilih untuk mengosongkan kursiku yang mulai terasa panas. Aku lantas berpapasan dengan sebuah ingatan dimana sebuah permulaan yang sedari awal memang tidak pernah aku yakini. Hendery memilih jalan yang menyimpang dari tujuanku, ia dengan semua pemikiran yang tidak pernah aku ketahui itu-mulai menjadi asing kini. Dan sejak awal yang aku yakini memang benar, saran yang diberikan Xiaojun padaku untuk menjalin hubungan dengan Hendery ternyata bukanlah perihal yang tepat. Entahlah dimana akal sehatku sebenarnya, sejak awal Jinyoung, aku, Xiaojun, dan Hendery adalah teman.
Itu hanyalah bagaimana Xiaojun mulai mendesak masuk ke dalam kehidupanku di tahun pertama aku berada di perguruan tinggi, membawa Hendery dengan beribu-ribu alasan tak masuk akal seperti- akan menjadi tutor bahasa inggris kelompok belajar kami atau sekedar menerjemahkan beberapa kosakata sulit di komik yang aku baca, dan kemudian alasan lainnya yang begitu umum seperti 'Hendery adalah anak yang tampan', pandai bergaul, pintar berbahasa inggris, baik hati, suka menabung, tidak pelit, tidak sombong dan sebagainya. Sedangkan hubungan Jinyoung denganku adalah mantan saudara tiri, ibuku memilih untuk bercerai kedua kalinya dan kembali rujuk dengan ayahku. Itu hanya berlalu sekitar 4 tahun untuk ayah Jinyoung dan Ibuku berhubungan. Ayah Jinyoung tetap menduda dan terkadang keluargaku mengundang keluarga Jinyoung untuk sekedar makan malam atau perayaan tahun baru. Kemudian aku dan Jinyoung mulai bersahabat sejak saat itu. Bahkan kami bersekolah di perguruan tinggi yang sama.
Selepas meninggalkan Hendery dengan seribu pemikiran rumitnya, aku memutuskan untuk pulang. Tentunya bukan rumah tujuanku, aku hanya akan pulang ke sebuah tempat selain rumah. Aku menyalakan pemantik dan membakar ujung batang rokok-ku di merahnya lampu lalu lintas dan membuat beberapa orang berhasil terdiam di pinggir trotoar. Aku menyesap pangkal batang rokok-ku yang rasanya diantara asam dan manis, sesuatu yang bahkan tak terlalu sedap ini ternyata bisa menghilangkan sedikit penat di kepalaku. Aku tidak tahu apa yang akan dilakukan ayah atau ibuku jika mereka tahu putrinya merokok. Hanya Jinyoung, Xiaojun, dan Hendery yang mengetahui ini, bahkan dua diantara mereka tidak merokok. Hanya aku dan Xiaojun yang mencuri waktu di perkuliah yang tengah berlangsung, menyelinap keluar dengan beralasan memiliki sebuah urusan dengan toilet.
Tapi setelah aku berhubungan dengan Hendery, aku mulai berhenti merokok. Yah, terkadang di sela-sela tugas pening yang mendesak mau tak mau telingaku di sirami oleh se ember ocehan dari Hendery.
"-karna aku menyayangimu."
Itulah sebuah kalimat pendek yang membuat rokokku berakhir dengan batang yang lebih panjang sebelum di buang.
Hubunganku dengan Jinyoung jauh lebih baik ketimbang dengan Hendery. Aku selalu berpikiran seperti itu sejak awal menjalin hubungan dengan Hendery-dengan seribu satu drama kontroversial yang berhasil kita lalui. Mungkin karna aku dan Hendery adalah pribadi yang bertolak belakang. Aku perokok, sedang Hendery adalah seorang yang pandai minum, aku tidak bisa minum dan Hendery tidak bisa merokok. Aku suka kopi hitam sedangkan Hendery lebi suka matcha latte, aku menggunakan layar ponsel dengan low brightness sedangkan Hendery menggunakan layar ponsel high brigtness karna ia menggunakan kacamata, dan beberapa yang lainnya. Kesamaan kami mungkin hanya, kami tidak terlalu suka makan, kami menyukai kucing, dan sedang berkendara menggunakan sepeda. Dan pada akhirnya aku memilih untuk memutuskan sebuah ikatan kecil diantara kita-
Tiba-tiba ponselku bergetar, aku melihat ke arah lampu lalu lintas yang masih menyala hijau di jalan raya.
Panggilan dari Hendery dan sebuah pesan tersemat di layar ponselku.
'Dimana kamu?'
Panggilan itu pun berakhir bersamaan dengan hijaunya lampu pejalan kaki. Aku melangkah di kerumunan khalayak yang tampak seperti segerombol semut, dan menjadi salah satunya.
Ponselku lagi-lagi bergetar. Dan aku mengangkatnya di akhir dari zebra cross yang telah kulalui.
"Apa?"
"Ada apa denganmu? Kenapa pergi bergitu saja?!"
"Aku hanya berperan seperti di drama-mu."
"Apa kamu hanya keluar untuk merokok? Tidak apa-apa kamu melakukan itu di hadapanku. "
"Iya, aku hanya merokok sebatang."
"Kalau begitu kembalilah."
"Kalau besok-besok aku merokok di hadapanmu, bagaimana? Apa itu berlaku untuk itu?"
"Aku menyuruh Xiaojun dan Jinyoung untuk datang. Aku bilang kepada mereka bahwa kamu pergi ke toilet. Aku ingin menghabiskan malam ini bersama-sama."
"Aku akan kembali setelah merokok."
"Baik, aku tunggu."
Dan pertengkaran kami hanya sebatas aku marah padanya dan memilih untuk meninggalkannya beberapa saat, kemudian ia akan menghubungiku dan memintaku untuk kembali. Hanya suatu hal mudah yang harus dibawa sulit. Dan bodohnya aku nyaman dengan hal-hal kecil seperti ini.
Aku akan menyebrang di persimpangan lagi, berkerumun dengan orang-orang, melangkah sampai Bar dan menemukan Hendery dengan wajahnya yang memerah dan mata yang berkaca-kaca tengah duduk diantara Xiaojun dan Jinyoung. Tiga pasang mata itu mengarah padaku dengan bersulut emosi dan perasaan cemas. Jinyoung selalu tahu mengenai aku yang menyukai hal-hal seperti ini, jadi dia hanya menepuk-nepuk pundak Hendery sambil mengarahkan senyumnya padaku.
"Lagi-lagi kejutan. Kalian tahu? Kali ini aku benar-benar terkejut."Aku menghampiri mereka sambil mengembangkan senyum. Aku berdiri di depan Hendery yang tengah memajang ekspresi kesal, dia selalu seperti itu ketika tidak menyukai perbuatanku. "Aku tidak akan minum lebih dari segelas."
"Kau pergi ke toilet yang mana? Lama sekali." Xiaojun menyodorkan sebuah kursi padaku, ia menarik gelasnya.
"Aku merokok sebentar. Habis 2 batang" Sahutku.
Kami pun mulai berbincang panjang lebar dari bualan dan omong kosong sampai kenangan-kenangan dari masa lalu. Xiaojun gemar sekali tertawa, Jinyoung lebih senang berbicara dengan nada yang tenang, dan Hendery yang selalu menatap ke arahku setiap kali ia bicara bahkan ketika aku bicara pun kepalanya akan ikut mengarah padaku juga dan ia mulai bersandar pada tubuhku, menggelayutkan salah satu lengannya pada lenganku. Dan di ambang dari ketidaksadaranku setelah menegak lebih dari segelas minuman berakohol, aku akan menariknya lebih dalam, mengecup setiap inci yang ada padanya, jemari-jemarinya, helai-helai rambutnya yang rontok dengan aroma bunga peony, pipinya yang tirus, keningnya yang halus, dan bibirnya yang begitu mulus saat aku berhasil mendarat di sana.
"Ayolah, hentikan! Kita di tempat umum!!" itu pekikan paling merdu yang kudengar dari mulutnya.
Ada banyak suara Jinyoung dan Xiaojun yang memekik padaku, tapi terdengar begitu samar. Yang begitu jelas hanya sosok Hendery yang tampan dan memiliki kulit yang halus, aku terus-terusan menyapu seluruh bagian tubuhnya dengan tanganku.
Aku mendadak sadar saat Xiaojun menampar pipiku dengan begitu keras. Aku langsung sadar sepenuhnya.
"Kubilang jangan berikan ia minuman.."
"Aku tidak memberikannya, aku hanya meletakannya dan kemudian isinya menghilang begitu saja."
"Terus saja beralasan!"
Xiaojun dan Hendery terlihat tengah berseteru saat Jinyoung hanya tersenyum ke arahku.
"Lagi pula sekarang dia sudah sadar." Ucap Jinyoung dengan nada suara yang begitu tenang.
Tangan dingin Hendery menyetuh wajahku "Kamu tidak harus melakukan itu sekarang, babe.."
"Maafkan aku."
Aku pun bangkit dan melihat ke layar ponselku, hampir pagi dan kami menghabiskan waktu bersama setelah sekian lama. Setelah upacara kelulusan dan masing-masing dari kami mulai mendapat pekerjaan tetap. Mulai bulan depan aku dan Hendery akan tinggal bersama di dekat tempat kerjaku, kita mulai menyewa sebuah apartemen kecil. Pasti akan jarang bertemu Jinyoung nantinya, begitupun dengan Xiaojun. Tapi beberapa belakangan ini melihat Hendery dan Xiaojun dekat, aku merasa mereka tampak serasi sekali.
Aku merasa begitu beruntung di hadirkan seseorang seperti Jinyoung yang tenang sebagai saudaraku, walau kini hubungan kita tidak lagi lebih dari mantan adik-kakak, mengenal Hendery yang kini menjadi kekasihku, aku tidak keberatan jika ia ada niatan untuk berselingkuh dengan Xiaojun, mereka berdua terlihat begitu cocok. Walau semua hampir dikatakan mustahil tapi aku benar-benar tidak keberatan merelakan Hendery pada Xiaojun.
Bonus pict
Hendery
Xiaojun
Jinyoung