Belakangan ini aku melakukan suatu kegiatan secara rutin. Dari kegiatan tersebut aku berhasil menghilangkan sesuatu yang menggangguku sebelumnya. Hanya sekedar kegiatan yang menguras tenaga sampai berpeluh dan nyaris membuatku kehausan.
Tidak hanya itu aku juga sempat mengahabiskan waktu diluar, yah, hampir sekitar sebulan ini. Entah itu berbelanja kebutuhan di rumah bahkan sampai menginap di rumah orang lain. Sebulan ini aku benar-benar banyak melakukan kontak sosial dengan orang-orang di luar. Setiap kali aku bicara aku merasa ada sesuatu yang salah dengan diriku, seperti kesalahan berbicara saat melakukan percakapan dengan orang lain. Aku seperti kehilangan cara berbicaraku, bahkan aku sampai di bilang 'bicaraku aneh' atau 'kadang tidak jelas' yah, kalau di pikir-pikir aku memang sudah lama tidak terlibat dalam suatu pembicaraan. Sampai-sampai aku tidak tahu hal yang tren belakangan ini, itu artinya aku sangat kuno karna terlalu sibuk dengan dunia sendiri. Tidak pernah terpikir olehku untuk mencari topik pembicaraan yang menarik, aku jadi lebih sering diam dan hanya berkata beberapa kata lumrah seperti 'oh begitu', 'iya', 'tidak', 'masa sih?', 'memang ya?', 'hmm..', 'aku tidak tahu.', 'hehehe' dan beberapa kata lainnya yang membuat pembicaraan seperti keripik kentang yang dibiarkan di ruangan terbuka.
Hampir 2 bulan juga aku berhenti aktif di akun sosial media, hanya melihat berita di televisi-itu bahkan sudah lebih dari cukup. Karna seharian aku hanya menonton film di daring, membaca komik, membaca novel atau cerita di daring, belajar bahasa baru di daring, dan sisanya melakukan tugas rumah, seperti berbenah ala kadarnya.
Aku seperti ketakutan saat mencoba mengunduh aplikasi sosial media. Aku hanya menggunakan satu aplikasi chat dan isi kontaknya hanya keluargaku. AKu pikir selain dari itu, tidak penting. Kemudian setelah membulatkan tekad aku kembali menyelami dunia yang lain itu, internet sosial media memang alternatif dunia virtual yang menarik bahkan dampat membuatmu sedikit bersinar dari dunia nyata. Tapi tidak semua aplikasi chat dapat mewujdukan hal tersebut, ketenaran misalnya.
Di dunia nyata setidaknya aku berteman dengan beberapa teman di akun sosial media, katanya akan terlihat aneh, ketinggalan zaman, udik, kuno atau bisa dibilang manusia purba kala kalau tidak terjun ke dunia lain itu.
Sebenarnya aku agak kurang senang bila ada yang mengomentari postinganku atau sekedar memberi hati/suka. Aku pikir mereka melihat aib-ku. Tapi, itu-kan bukan aib? Hanya saja, terkadang aku kurang menyenangi hal tersebut. Jadi, aku hanya membuat kata-kata yang aneh atau mengunggah gambar pemandangan atau sesuatu yang menurutku bagus- ketimbang wajahku. Aku juga bingung kenapa kebanyakan orang mengunggah wajah mereka, apa karena mereka ingin memberitahu bahwa itu adalah mereka di dunia yang lain itu. Terkadang aku pun penasaran dan mencoba hal tersebut, responnya ternyata lumayan baik. Tapi di lain hari aku merasa itu akan tampak buruk dan kemudian menyembunyikannya.
Beberapa hari yang lalu ada seseorang yang berkata padaku, bahwa ia sempat merasakan hal yang sama sepertiku. Tapi dari kata-katanya yang masuk ke telingaku, itu lebih seperti harus percaya diri. Sangat sangat percaya diri, dari membulatkan tekad, memikirkan mana yang lebih baik, lebih bercahaya dan sangat rupawan sampai sesuatu yang membuatku berpikir kenapa harus melakukan sejauh itu. Bukankah itu mengganggu? itu sesuatu yang amat sangat mengganggu. Aku pun sampai menyimpulkan untuk tidak mengunggah apapun disana.
Walau pikiranku terkadang begitu kacau, semua orang yang melihatku berpikiran bahwa aku adalah sosok orang yang sangat tenang dan selalu bertindak sesuai keinginanku. Padahal di balik itu ada seribu satu macam argumen yang terjadi antara sel otak satu dengan yang lainnya, bahkan ketika hatiku mulai ikut campur rasanya seperti cangkang telur yang di pecahkan dengan palu. Aku ingin itu cepat berlalu. Aku hanya terbiasa dengan ini sampai-sampai rasanya ingin berakhir. Ini akan benar-benar membuatku sangat kacau. Untuk membenahi kekacauan tersebut aku harus berbicara dengan orang lain, atau setidaknya melakukan suatu hal yang mengalihkan isi pikiranku.
Beberapa belakangan ini aku mengayuh sepeda lebih sering dari biasanya, itu tidak lantas membuat tubuhku pegal-pegal. Mungkin karna aku senang terhadap hal tersebut.
Duan minggu yang lalu aku mendapatkan sebuah pesan dari seorang teman di perguruan tinggi, pesan tersebut merupakan balasan dari postinganku di salah satu akun sosial media. Temanku mengatakan aku seperti orang yang 'desperate'. Padahal aku hanya menulis kalimat yang terdiri dari 5 buah kata. Aku lupa bentuknya seperti apa, tapi kata-katanya tidak jauh dari sebuah ketakutan. Aku ingat menyelipkan kata 'takut' di sana.