Ketika dunia tidak bisa membiarkan dirimu menjadi dirimu sendiri, kamu akan memilih dunia yang lain. Dimana ada kesempatan yang tepat untuk menjadi dirimu yang sesungguhnya.
Aku tidak tahu apa rasanya saat sepasang netra mengarah padaku dengan sebuah ekspresi yang tidak bisa di jelaskan satu persatu. Itu mungkin namanya menarik. Seperti menarik untuk menjadi topik pembicaraan saat waktu luang, atau menarik untuk dirasakan dengan mata telanjang. Apa rasanya, ya?
Aku malah merasa diriku jadi tidak berguna. Yah, terkadang sedikit. Seperti menjadi tumpuan orang-orang untuk lulus ujian perguruan tinggi. Kamu mendaftar dan mengeluarkan uang, kemudian gagal tes, lantas uang tersebut di alirkan kepada mereka yang lulus tes ujian mausk perguruan tinggi.
Apa rasanya, ya? Menjadi lebih berguna dan tidak merepotkan orang sekitar?
Setiap kali bangun dari tidur, pikiranku berkontraksi terhadap sebuah ingatan yang kemudian mempermalukan diri sendiri. Aku ingin melupakan sleuruh kejadian yang telah terjadi padaku, mau bagaimana pun caranya. Ingatan-ingatan itu sungguh menyakiti pikiranku. Aku di hantam oleh memori yang menyesakkan hati, dan ada beberapa yang menghasilkan sebuah respon seperti traumatik. Seperti aku yang tergelincir bebatuan berlumut saat tengah mandi dengan saudara-saudaraku di sungai, tepatnya di desa tempat nenek dan kakek kami tinggal. Aku tergelincir dan jatuh tenggelam lebih dalam. Aku merasa takut saat melihat sebagian sisi dasar sungai yang di penuhi bebatuan dan sebagian sisinya tanpa dasar dan begitu gelap. Entah apa yang terjadi jika aku benar-benar tenggelam dan tidak ada yang mengetahuiku. Untung saja saudara-saudara segera sadar dan membantuku untuk menepi ke pinggir sungai. Itulah alasan mengapa aku tidak bisa berenang sampai saat ini. Sekedar merendam tubuh sampai setinggi leher aku masih sanggup, karna kupikir aku masih melihat dasarnya. Tapi apa jadinya jika terseret arus saat di pantai. Tidak ada yang tahu betapa mengerikannya itu, dari sebuah dasar pasir sampai hanya melihat ikan berenang di dekat karang. Walau itu kelihatan indah, tetap saja itu mengerikan.
Ada banyak hal yang tidak bisa kuceritakan, dari kabur dari rumah saat tengah malam sampai kejadian beberapa saat lalu yang melahirkan jarak dengan seorang teman.
Aku ini bukan tipikal yang keras kepala. Aku mudah sekali mengingat suatu kejadian yang memang tidak harus di ingat dan banyak melupakan sebuah momen mengenai pembelajaran.
Andai saja, waktu itu aku tidak dengan sengaja memecahkan piring atau mengetik pesan sambil menangis.
Semoga pikiran-pikiran yang memuakkan ini segera menghilang. Ada yang lebih pantas untuk tinggal di sana dibandingan memikirkan perihal omong kosong.
Ini belum jauh lebih baik.