Semalam aku pulang larut sekali. Hampir menyentuh menit tengah malam, tapi malam itu aku benar-benar menangis. Mengenai sesuatu yang katanya aku ini belum pernah merasakan namanya disayangi, tapi sebenarnya tidak begitu. Awalnya saat aku melangkahkan kaki masuk kedalam rumah bibiku memelukku pertama kali, kupikir ini aneh. Terus diikuti mencium kedua pipiku disusul nenek yang juga melakukannya. Lantas hatiku terdiam. Belum pernah aku merasakan hal yang seperti ini, beberapa tahun lalu saat masih duduk dibangku SMP aku pernah terjebak macet sama halnya malam itu juga. Dan aku ingat sekali itu kemacetan yang sangat bersejarah hingga saat ini. Aku lupa kapan tepatnya sampai rumah mungkin sekitar pukul 9 malam, dari pukul setengah 6 sore berada dalam kendaraan pulang. Sampai dirumah tidak sama sekali ada yang mengkhawatirkan kehadiranku, sampai aku harus lebih dulu membuka suara dan menceritakan bagaimana kronologinya aku bisa sampai rumah setelat itu. Tetap responnya biasa. Sungguh biasa. Tapi sekarang kehadiranku benar-benar dihargai, bibiku selalu saja mengirim pesan mennayakan keberadaanku bila sudah lewat jam 9 malam. Semalam aku melihat matanya agak merah dan berkaca-kaca. 'oh tuhan begitu salahkah aku?'.
Kini kehadiranku benar-benar berharga. Aku sadar aku kurang begitu disayangi dulu, tapi sebenarnya tidak begitu. Hanya masalaluku yang agak berantakan. Sampai pukul 1 malam aku menangis sejadi-jadinya, aku terharu akan respon mereka kepadaku. Mereka mungkin akan menangis bila suatu saat aku pergi. Aku ingin berjanji pada diriku untuk mengasihi mereka, keluargaku, teman-teman, saudaraku, semua orang yang berkelakuan baik dan membuatku kadang kala tersenyum.
Mulutku memang jahat, bicara seenaknya, dan melakukan keburukan dimana-mana. Tapi aku selalu berkata pada diriku untuk terus memperbaiki diri setiap hari. Yah, memang kadang diriku sendiri sulit sekali dinasihati.
Sebenarnya aku tak ingin dikenal, agar tak menyakiti orang. Tapi Tuhan masih memberi waktu untukku meminta maaf pada kesalahan. Citra hidupku harus baik sampai kumati nanti, akan kubuat mereka bahagia dan terpenuhi kebutuhannya sebelum kumati nanti.
Aku sangat amat menyayangi kakak perempuanku, dia yang menjagaku sejak kecil, aku ingin membalas jasanya dengan prestasi walau sejauh ini masih tidak bisa mungkin nanti pada keponakanku dan keluarganya kelak. Selisih usia kita beda 11 tahun, dan itu yang membuatku dapat menghargai dan mencintainya dengan tulus.
Aku juga menyayangi kakak laki-laki pertamaku, senakal apapun masa lalunya, selicik apapun dia sekarang, aku menghargai ketulusannya yang masih mengkhawatirkanku sejak kecil, membuatku makanan, menanyakan kesehatanku, segala hal yang dilakukannya. Selisih usia kita memang terpaut jauh 12 tahun tapi hal itu yang memang seharusnya membuatku menghargainya.
Dan kakak laki-lakiku yang berbeda usia 2 tahun lebih tua. Aku selalu memaafkanmu karna kesalahanku, aku amat membencimu sebenarnya tapi perihal kau yang makin hari semakin jauh aku semakin menyayanginya. Aku ingin sekali menghargai nya. Tapi itu sulit, jadi sesulit apapun pasti akan tetap aku coba.
Ayah dan ibuku. Semoga keduanya diberi kesehatan, semoga mereka juga bahagia dengan keluarga mereka masing-masing.
Sekelam apapun masa laluku, masa depanku masihlah suci.
Mereka tak sekali-sekali punya kesalahan, hanya aku sendiri yang belum pernah mengerti arti kedewasaan. Aku pembangkang, mudah marah, cerewet, bodoh, pemalas, dan tukang makan.
Jadi sejauh ini mataku terbuka pada dunia karna seseorang, kakak ipar laki-lakiku. Dia terbaik. Membuatku kuat, menganggapku seorang wanita, menghargai ku. Dia sangat baik pada keluarganya, membantu keluarganya, dan aku ingin sekali mencontoh kedermawanan nya.
Mengetik sebanyak ini membuat mataku tak henti-hentinya mengaliri air mata, jadi untuk sekarang aku berhenti
Kini kehadiranku benar-benar berharga. Aku sadar aku kurang begitu disayangi dulu, tapi sebenarnya tidak begitu. Hanya masalaluku yang agak berantakan. Sampai pukul 1 malam aku menangis sejadi-jadinya, aku terharu akan respon mereka kepadaku. Mereka mungkin akan menangis bila suatu saat aku pergi. Aku ingin berjanji pada diriku untuk mengasihi mereka, keluargaku, teman-teman, saudaraku, semua orang yang berkelakuan baik dan membuatku kadang kala tersenyum.
Mulutku memang jahat, bicara seenaknya, dan melakukan keburukan dimana-mana. Tapi aku selalu berkata pada diriku untuk terus memperbaiki diri setiap hari. Yah, memang kadang diriku sendiri sulit sekali dinasihati.
Sebenarnya aku tak ingin dikenal, agar tak menyakiti orang. Tapi Tuhan masih memberi waktu untukku meminta maaf pada kesalahan. Citra hidupku harus baik sampai kumati nanti, akan kubuat mereka bahagia dan terpenuhi kebutuhannya sebelum kumati nanti.
Aku sangat amat menyayangi kakak perempuanku, dia yang menjagaku sejak kecil, aku ingin membalas jasanya dengan prestasi walau sejauh ini masih tidak bisa mungkin nanti pada keponakanku dan keluarganya kelak. Selisih usia kita beda 11 tahun, dan itu yang membuatku dapat menghargai dan mencintainya dengan tulus.
Aku juga menyayangi kakak laki-laki pertamaku, senakal apapun masa lalunya, selicik apapun dia sekarang, aku menghargai ketulusannya yang masih mengkhawatirkanku sejak kecil, membuatku makanan, menanyakan kesehatanku, segala hal yang dilakukannya. Selisih usia kita memang terpaut jauh 12 tahun tapi hal itu yang memang seharusnya membuatku menghargainya.
Dan kakak laki-lakiku yang berbeda usia 2 tahun lebih tua. Aku selalu memaafkanmu karna kesalahanku, aku amat membencimu sebenarnya tapi perihal kau yang makin hari semakin jauh aku semakin menyayanginya. Aku ingin sekali menghargai nya. Tapi itu sulit, jadi sesulit apapun pasti akan tetap aku coba.
Ayah dan ibuku. Semoga keduanya diberi kesehatan, semoga mereka juga bahagia dengan keluarga mereka masing-masing.
Sekelam apapun masa laluku, masa depanku masihlah suci.
Mereka tak sekali-sekali punya kesalahan, hanya aku sendiri yang belum pernah mengerti arti kedewasaan. Aku pembangkang, mudah marah, cerewet, bodoh, pemalas, dan tukang makan.
Jadi sejauh ini mataku terbuka pada dunia karna seseorang, kakak ipar laki-lakiku. Dia terbaik. Membuatku kuat, menganggapku seorang wanita, menghargai ku. Dia sangat baik pada keluarganya, membantu keluarganya, dan aku ingin sekali mencontoh kedermawanan nya.
Mengetik sebanyak ini membuat mataku tak henti-hentinya mengaliri air mata, jadi untuk sekarang aku berhenti