Bukannya aku tidak mau berurusan dengan segala macam mengenai seorang pendamping.
Ada banyak, tidak cuma 2 atau 3, tidak, mungkin lebih dari 10 mencoba berulang kali menyakinkan ku pada janji-janji yang mereka buat agar aku percaya untuk menaruh hati pada mereka. Sekali jalan, aku ragu, tapi aku terus mencoba. Dari banyak orang yang ceritanya hampir memenuhi tengkorak kepalaku, sampai rasanya ingin tidak berpikir sama sekali. Tapi, aku tetaplah aku, mau seperti apapun orang lain menuntut padaku untuk tidak memikirkannya, aku akan tetap lakukan.
Lagi-lagi ibuku sudah seperti cenayang handal, memberi berlembar-lembar agar anak gadisnya ini lekas mendapat pendamping hidup, hidup bersama, saling mengasihi, berkeluarga, dan tentunya menafkahinya. Iya. Menghidupi keluargaku yang lainnya. Bukannya aku baik-baik saja dengan keadaan yang seperti ini, tapi di bilang tidak baik-baik saja untuk di lihat, yah kenyataannya perasaanku memang tidak baik-baik saja. Ibuku terus-terusan berharap dan menuntut ku untuk bercerita mengenai seorang laki-laki yang kudambakan,
"Pria tua kaya raya yang selisih usianya 10-20 tahun, mapan dan sudah sangat matang. " Kataku.
Aku tidak peduli siapa itu. Mungkin orang lain ingin melihat seorang pria rupawan yang dermawan dan berhati sukarelawan mendapatkanku dan semua orang akan berbela sungkawa atas hal tersebut.
Ibuku memang tidak tahu apa yang telah terjadi padaku, karena aku tidak ingin ia mengetahuinya. Pria-pria(ku) berandal semua, kalau tidak berandal yah brengsek. Tidak semuanya, tapi hampir semuanya. Dari yang tak berharta dengan wajah lumayan rupawan, playboy kelas kakap, si pemilik suara merdu yang telah wafat, seorang gitaris, pecandu, beda keyakinan, teman obrolan malam dan bahkan yang berkeliaran tengah malam tanpa mencari apapun pun ada. Ku bilang ada, tapi tidak sebanyak wanita-wanita kurang belaian yang selalu di ladeni oleh kakak laki-laki ku. Aku ingin sesuatu yang pasti, tidak hanya sekedar ucapan, uang atau perlakuan yang kadang kala itu semua hanya sesuatu yang sekedar. Aku bisa lakukan itu semua, aku bisa pergi kemana pun aku mau, beli apapun yang aku inginkan, berbicara apapun yang ada di kepalaku, bergaul dan berkawan dengan siapa saja, dan aku bisa keluar tengah malam atau pagi-pagi buta hanya untuk membeli makanan, memindahkan galon-galon air, aku bisa lakukan segala yang aku inginkan. Tapi, sebuah komitmen untuk dijalani bersama-sama, untuk jatuh cinta, itu aku tidak bisa lakukan sendirian. Mungkin akan terlihat gila bila aku terus mengatakan "aku jatuh cinta pada taeyong-kuh" "Aku menyayangimu jungwoo. "
Itu lebih dari sekedar perkataan aku menyukai, menyayangi atau mencintamu, itu lebih dari itu.
Aku tidak ingin mengenalkan seseorang yang sekiranya belum siap itu kepada ibuku, karena aku tahu suatu kali aku akan terlibat dalam suatu masalah yang membuat hubungan kami sedikit renggang dan putus atau kembali bersama. Ini hanya main-main, dimana aku tahu bagaimana hal tersebut akan berakhir dan akan dimulai kembali. Tapi untuk yang kedua kalinya, aku benar-benar percaya pada orang itu, amat sangat percaya bahkan saat aku berulang kali menyakinkan diri. Pada akhirnya aku percaya, walau langit selalu saja hujan setiap kali aku dengannya memutuskan untuk menghabiskan waktu berdua. Dunia seperti menertawakanku bahwa aku adalah orang yang gagal, lucunya itu berakhir kurang dari 3 bulan. Dan ada alasan kenapa aku tidak menceritakan hal tersebut pada ibuku, mereka itu bukan orang-orang seserius itu, mereka hanya orang yang singgah dan hanya ingin mengenalku, hanya ingin menyatakan sebuah status. Selebihnya hanya bualan.
Lagi-lagi aku terus di sindir mengenai apa-apa yang gagal. Gagal masuk universitas negeri, gagal lulus tepat waktu dan mengulang 2 tahun, dan gagal hubungan percintaan. Bahkan aku dilahirkan dari keluarga yang gagal untuk menjadi damai, memutuskan untuk berpisah demi ketentraman keduanya, tidak dengan seluruh anggotanya yang kehilangan tempat tinggal, kasih sayang dan tempat mereka untuk berpulang. Tidak ada yang berpikir akan itu.
Aku akan tetap menjadi diriku, diriku yang selalu mencoba berubah menjadi lebih baik. Tidak ada yang tahu bagaimana aku berkelakuan diluar sana, dan orang-orang diluar sana tidak tahu bagaimana aku bersikap saat di rumah. Apalagi pikiranku sendiri yang belakangan ini sangat kacau, sampai-sampai aku kehilangan berat badan 10 kg selama 5 bulan ini. Baru naik 1 kg dalam 2 minggu ini.
Beberapa waktu lalu aku sempat patah, sampai rasanya tak ingin melihat apa-apa, tak ingin merasakan apapun dan tak ingin bicara dengan siapapun. Tapi aku merasa harus melawan hal itu untuk kali ini, aku tak boleh mengulangi momen yang sama. Itu benar-benar menyakitkan dan aku tak patut untuk mengulanginya lagi. Aku berusaha bangkit walau pikiranku masih kacau, bahkan basahnya air hujan seperti merembes ke bagian dalam tubuhku. Aku malu dengan keadaan yang baik-baik saja, langit semakin hari semakin cerah, itu seperti tanda bahwa aku memang belum di takdirkan bersanding dengan seseorang sementara.
Terkadang kekhawatiran itu yang membuatku jengkel, menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya. Aku benci itu, tidak semua harus dilakukan dengan hal-hal ilegal. Setidaknya mencampuri keduanya agak tak terlalu tampak sesuatu yang mencurigakan.
Setiap kali aku jatuh, aku tidak ingin jatuh sendirian. Kau harus jatuh bersamaku. Tapi kau selalu saja mengingatkan tali pada tiang dan selalu berhasil selamat dari sebuah jurang tanpa dasar yang terjal dan gelap.
Aku tidak ingin peduli dengan apapun, tapi aku selalu begitu. Selalu tidak peduli dengan apapun, dan ketika aku mulai mencoba peduli itu rasanya seperti menggorok kerongkonganku sendiri. Tidak lagi-lagi untuk saat ini.
Aku masih berusaha mencintai diriku sendiri, percayalah aku gagal melakukannya walau aku mengatakannya dan terus menulisnya. Aku ingin menyayangi diriku sebagai mestinya. Orang-orang mungkin tidak tahu apa yang telah terjadi padaku, karena aku tidak ingin mereka mencampuri urusanku. Tidak semua ucapan mereka adalah solusi setelah aku menceritakannya, mereka hanya ingin sekedar bicara dan memenuhi ruang hampa antara aku dengan mereka. Setidaknya bergurau lah dengan sesuatu yang menyedihkan agar dapat ditertawakan bersama-sama, bahwa itu hanya sekedar gurauan yang perlu ditertawakan dan bukan masalah yang harus terus-menerus dipikirkan.
Semuanya pasti ada tenggat waktunya, seperti aku yang akan tenggat dengan status yang lain.