Depresi
Mental breakdown
Aku mengalaminya. Dulu. Aku sembuh dengan sendirinya. Butuh waktu lama memang. Dengan menyadarkan diri dan terus banyak bertanya pada diri sendiri aku bisa melalui semuanya.
Saat itu aku masih SMP. Aku ingat usiaku baru 14 tahun, aku menggigit pergelangan tanganku sendiri di depan ibu dan kakak perempuan ku saling berargumen. Aku berada pada puncaknya.
Aku ingat bagaimana keadaan mental ibuku saat itu yang membawaku pergi ke tempat sebuah peribadatan. Sampai disana aku berkata
"Aku ingin mandi. Aku butuh membersihkan diri."
Lantas ibuku bicara seperti orang normal lainnya.
"Kamar mandi disini bagus, semuanya bagus. Sabun mandi disediakan. Kamu akan senang dan baik-baik saja." Begitu katanya sambil menyungging senyum yang kupikir menyeramkan.
Aku pergi ke kamar mandi yang bersih itu. Sangat bersih dan bagus, hampir seluruh bagian kamar mandi itu di keramakin dengan warna biru cerah. Awalnya aku mencoba menghibur diriku bahwa semuanya tidak apa-apa dan akan baik-baik saja, besok ujian sekolah dan aku akan baik-baik saja.
Aku ingin tersenyum dibawah air bahwa aku mendelegasikan bahwa aku baik-baik saja. Aku tak bersuara. Itu mengganggu. Suara itu memekik telinga, bising. Air dari kran pun mengalir. Aku tertawa. Kemudian menangis. Jatuh tersungkur meminta ampun entah pada siapapun, aku yakin aku baik-baik saja. Aku hanya butuh menangis sebentar. Hanya sebentar dengan mengetuk-ngetuk gayung di seluruh permukaan lantai yang dingin aku tersungkur, di iringi tangis yang menyatu dengan gemericik air yang jatuh dari kepala membasahi rambut kemudian membasahi tubuhku. Kerongkongan ku terasa sakit.
"Nak, apa kamu tertidur?"
Aku buru-buru menelan saliva di tenggorokan yang kering. Memendam banyak bayang-bayang aneh di kepalaku dan membuat gestur tubuh untuk memperbaiki suaraku.
"Tidak, bu."
"Apa kamu baik-baik saja."
"Iya."
Satu hariku berlalu dengan muram. Kemudian terulang menjadi ingatan-ingatan bak mimpi buruk di tengah hari musim semi.
Aku menangis setiap malam. Entah karna apa. Aku menulis diary. Aku pikir itu lucu dan indah. Aku hanya tidak ingin ada yang menyakiti kakak perempuan ku yang bertubuh kurus, ringkih dan bisa bayangkan tulang punggungnya yang menonjol.
Ibuku sakit. Sakit disini dalam artian pikirannya sedang sakit. Halusinasi tinggi, marah-marah, bicara melantur, menakutkan, tidak tidur, tidak makan, tidak mandi, berteriak, mengancam, menangis, tertawa, menari, berusaha kabur (dan sempat hilang beberapa kali) dan ada banyak hal yang memang tidak dapat dideskripsikan. Aku pikir itu menular.
Aku ketakutan
Aku harap aku dipukul
Atau dapat melukai seseorang
Tapi beberapa tahun kemudian aku melukai diriku
Dua tahun yang lalu aku kabur dan menangis saat ibuku yabg sakit datang ke sekolah. Aku ketakutan, aku tidak tahu kenapa.
Aku selalu minum obat, aku sakit.
Entah apa sebabnya aku tidak tahu.
Aku mulai berpindah-pindah tempat dan terus-menerus sakit.
Sampai akhirnya aku memutuskan untuk tidak tinggal bersama keluargaku yang mulai rusak.
Tapi aku tetap sakit,
Aku batuk cukup lama dan mengonsumi begitu banyak antibiotik.
Aku tidak bisa mengontrol diriku untuk melakukan hal-hal aneh
Aku jatuh
Kedalam jurang tanpa dasar
Aku tak ingin mengulang masa-masa kelam tersebut. Walau banyak orang yang berpikir bahwa masa sekolah adalah masa terbaik. Bagiku masa sekolah adalah masa percobaan neraka. Aku awalnya depresi lumayan lama, sembuh dan kambuh.
Menyakiti diri sendiri dengan gunting dan pisau. Aku merasa sakit.
Muntah tiap pagi tanpa alasan yang jelas.
Konstipasi
Insomnia
Gangguan seksual
Haid terlalu lancar
Aku merasa sakit dan aku merasa itu sebuah penghiburan. Tidak. Sebuah penyaluran gejolak tinggi dari dalam tubuh tanpa mengerti apa yang harus sebenarnya dilakukan. Aku terus memastikan bahwa aku sebenarnya tidak apa-apa.
Emosiku mulai tidak dapat di kontrol
Aku memukul temanku
Membabi buta
Hingga masuk universitas kupikir aku sudah pulih
Nyatanya belum
Saat aku menemukan sebuah pisau isi ulang, aku mengambilnya. Awalnya aku mencoba di tulang ibu jariku. Itu tajam, sangat tajam. Bahkan saat tergores di permukaan kulit rasanya tidak sakit. Lebih terasa seperti panas. Aku sadar ini perbuatan yang salah tapi aku terus mencoba membuat goresan kecil lainnya. Tentu bagiku itu salah, karna kupikir aku tidak harus terlahir kedunia ini. Semuanya akan baik-baik saja jika aku tidak ada. Kakak perempuan ku tidak akan membutuhkanku karna ia sudah berkeluarga, saudara laki-lakiku yang lain sudah semestinya terjun ke dunia dengan mandiri. Ibuku sudah menikah dan bahagia dengan orang lain. Ayaku pun juga begitu, ia juga sudah memiliki 2 orang putri kecil yang cantik. Bibiku terlalu mandiri untuk kehadiranku, tapi...
Kakak perempuan ibuku yang usianya sudah rentan, beliau membutuhkanku. Pandangannya sudah tidak awas, ia seringkali tersandung dan mendapat luka dimana-mana di tubuhnya. Jalannya pun...
Kupikir hanya dia tapi bertahun-tahun aku terus mengenal banyak orang dan mengontribusikan suatu hal yang kubisa.
Aku ingin berakhir,
Tapi aku masih berdosa.
Tapi ada pepatah mengatakan
"Bunga yang merekah indah pada musim semi di taman akan dipetik lebih dulu."
Kalau aku berakhir di usiaku yang lebih muda ada kemungkinan tidak banyak dosa yang kuperbuat. Jadi aku memintanya pada yang kuasa.
Dan tebak
Aku berbuat kesalahan besar.
Itu adalah dosa besar
Aku hanya tidak berarti apa-apa
Jadi aku berpikir hidupku bukan sebuah anugrah, melainkan sebuah hukuman.
Aku stres saat menghadapi ujian, aku marah besar pada temanku
Aku tak dapat bergaul dengan baik
Aku kehilangan temanku
Tapi saat aku mulai kuliah,
Dunia terasa berbeda.
Aku melangkah terus dan terus. Aku optimis untuk mencari banyak teman dan motivasi untuk hidup karna aku ingin hidupku berarti bagi orang-orang yang kukenal dan yang mengenalku.
Sesekali masa percobaan aku mulai sakit,
Tekanan gula darah rendah
Tekanan darah rendah
Anemia
Aku mual hebat, perutku terasa mulas dan agak sakit, tubuhku terasa panas dan dingin bergantian secara cepat, penglihatanku kabur dan tampak putih semua, aku kehilangan suaraku.
Aku tertatih-tatih menuju toilet di sebuah seminar kampus lain. Aku ketakutan apa yang sebenarnya terjadi padaku. Aku ingin muntah tapi tidak bisa. Kakiku lemas.
Dan aku sadar aku hampir bulimia selama setengah semester. Hampir. Untung saja aku segera menyadarinya dan kembali dalam pola seperti biasa.
Aku banyak bercerita mengenai hidupku pada orang lain, walau terkadang aku masih bohong pada orang lain mengenai ceritaku. Namanya juga masa percobaan.
Aku mulai terbuka pada orang lain, berteman dengan teman dari temannya.
Aku mulai mengekspresikan diri pada orang lain, walau terkadang aku sulit sekali berbicara. Setiap kali aku bicara masih saja ada beberapa kalimat yang terbalik-balik. Lucu juga
Aku mulai terbuka dan bercerita mengenai keseharianku pada anggota keluargaku
Selama masa-masa sulit aku selalu beribadah
Dan sampai saat ini aku terus mendekatkan diri pada yang kuasa
Aku mencoba menjalin hubungan dengan orang lain, yah walau gagal setidaknya itu bagian dari hiburan hidupku
Sekarang aku semester 3 dan aku harap aku bisa menjalani hidupku dengan lebih baik.
Keluargaku memang berantakan, tapi setidaknya hidupku tidak harus hancur karnanya. Tuhan memberiku banyak waktu untuk aku berubah menjadi lebih baik. Mungkin tuhan ingin menjadikanku sebuah contoh bagi mereka-mereka yang merasakan masa-masa kelam seperti hidupku.
Dan sekarang jujur aku pikir aku masih baik-baik saja, yah memang berat badanku masih belum stabil terkadang dalam 2 minggu berat badanku bisa bertambah 5-7 kilogram, seminggu kemudian berat badanku turun 6 kilogram.
Aku sedang berlatih berbicara di ruang publik, dan aku ingin sekali bisa melakukan hal itu dengan lancar. Suaraku kecil hehehe...
Sekarang ibuku sudah sangat sehat, yah beliau masih mengonsumsi obat-obatan setidaknya beliau sudah normal kembali
Aku jujur tak pernah pergi ke dokter psikologi atau psikiater. Aku hanya tidak mau mengeluarkan uang, karna ada yang haris dibayar untuk hal lain. Aku hanya yakin pada diriku bahwa aku hanya harus berjanji pada diriku untuk tidak melakukan hal-hal yang merugikan.
Kalau aku menggores kulitku, ketahuilah apa dampaknya. Aku tak akan mempunyai kulit yang mulus.
Kalau aku terus depresi berarti aku adalah orang yang jahat untuk generasiku selanjutnya.
Orang mengira aku bertengkar dengan orang lain, padahal aku tengah melawan pikiran buruk di dalam dirikku.
Tolong semogakan semua hal-hal buruk yang telah berlalu tidak akan kembali menjadi ingatan di penghujung hari
Oh, ya. Ketahuilah bahwa lagu, makanan, aroma bau-bauan dan gambar mempengaruhi hal tersebut. Aku pun masih menghindaria beberapa pemicu yang membuatku mengingat masa-masa ku yang suram.
Body lotion nivea (yang berbau jeruk sepertinya sudah tidak ada)
Lagu trouble maker hyuna hyunseung
Pembersih wajah chacoal Pond's
Jus alpukat
Catatan diary
Tempat
Dan ada beberapa suasana yang tiba-tiba mungkin akan mengingatkanku pada masa lalu
Aku tidak phobia terhadap hal-hal diatas, aku hanya menghindari. Kalau pun aku sempat mencium, mendengar, merasakan dan melihat aku hanya terus memikirkannya dan aku yakin aku baik-baik saja.
Dan setiap kali aku datang kerumah ibuku semuanya akan tiba-tiba, seperti dijatuhi tanpa sengaja. Tapi apa boleh buat.
Aku belum pernah mencobanya, aku menemukannya di pinterest. Cobalah. Katanya gratis.