Itu bertepatan pada jumat malam, dimana sebuah notifikasi pesan muncul di salah satu akun jejaring sosial milikku. Tanpa sapa, menanyakan kabar atau semacam basa-basi lainnya.
"Punya waktu luang?"
Jika kau hanya tahu sebaris kalimat itu tanpa tahu apa yang telah berlalu mungkin jawabnnya adalah. "Ya."
Tapi tidak denganku. 2 bulan yang lalu Hoseok (sebut begitu saja) hilang kontak denganku, tak ada kabarnya dan bahkan aku tidak yakin kenapa aku mencari tahu hal tersebut. Hampir 4 bulan lamanya kita tak berjumpa dan selama 7 bulan aku memutuskan untuk mendeklarasikan we're nothing!
Entah dengannya yang selama 4 tahun belakangan ini terus berjalan di sekitarku. Aku menganggapnya sekedar seorang teman yang baik, tapi Hoseok punya keinginannya sendiri.
"Aku menyukaimu." Dia mengucapkan saat berjalan sepulang sekolah di tahun pertama SMA. Selama berbulan-bulan aku tidak percaya karna kebanyakan seorang laki-laki yang belum di katakan pria menyampaikan hal itu ke beberapa anak gadis.
Tapi ini hampir 4,5 tahun dan Hoseok masih melakukannya. Datang dengan senyuman menanyakan apakah aku memiliki waktu luang, dan ia akan pergi beberapa minggu. Tidak 1 semester lebih dan kembali menanyakan apakah aku memiliki waktu luang.
Aku hanyalah teman di bagian hidupnya, yang selalu memberi ruang kosong untuk dirinya hadir.
Tapi kau tahu apa yang dilakukannya kemarin?
"Ada yang ingin kubicarakan. Aku ingin melepaskan semuanya."
"Kita butuh bertemu."
Bisa dikatakan Hoseok itu bukan tipeku. Bahkan sejauh ini aku belum dapat jatuh cinta padanya, melainkan masih beranggapan bahwa cinta pertamaku yang brengsek itu masih membekas di hatiku. Aku mengidamkan seorang Pria berusia 30-an dan menjalin hubungan dengan Pria itu, tapi Hoseok tak pernah setuju akan hal itu. Mudahnya aku tak perlu mendengarkan seorang laki-laki yang usianya 6 bulan lebih muda, tentunya aku bukan seorang pedoman yang baik.
Aku ingin seorang pria yang membuatku nyaman, lebih dewasa dan tanpa butuh meminta aku akan menurut begitu saja. Aku ingin seperti itu. Tapi aku seorang wanita yang kasar dan suka melakukan hal-hal aneh.
Aku pernah kerumah Hoseok dan bertemu dengan ibunya, kemudian salah paham terjadi. Aku benci hal itu, Sungguh!
Aku tak ingin mengasihaninya, tapi di sisi lain aku tampak begitu kejam. Hoseok itu lucu, tapi tidak bagiku. Dia bukan murid yang superior atau semacamnya, dia hanya mengikuti arus.
Terkadang aku berpikir, lebih baik aku mencintai kakakku sendiri atau mencari seorang gadis cantik.
Aku begitu marah, sungguh membencinya bila dia terus pergi dan benar-benar aku pernah sekali kehilangan kontaknya dan dia mengubah nomor ponselnya. Seakan semuanya biasa saja, jadi aku bersikap masa bodo apalah yang bajingan itu lakukan aku tidak peduli.
I can't believe it.
We're Just friend
Hoseok just my past
Hubunganku dengannya hanya sekedar membantu sama lain untuk mewujudkan mimpi yang sama. Mungkin karna aku yang terlalu mencintai diriku sendiri, tidak. Aku tidak pernah mencintai diriku.